Selasa, 11 November 2025 — Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali meneguhkan komitmennya terhadap ilmu pengetahuan yang berpihak pada kemanusiaan melalui pengukuhan Prof. Ir. Wiratni, S.T., M.T., Ph.D., IPM. sebagai Guru Besar dalam bidang Teknik Bioproses pada Fakultas Teknik UGM. Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul “Humanitarian Bioprocess Engineering: Inovasi Teknik Bioproses untuk Pengabdian Masyarakat”, Prof. Wiratni menekankan bahwa ilmu teknik bioproses tidak hanya berperan dalam skala industri, tetapi juga dapat menjadi solusi efektif dan murah untuk berbagai persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat, mulai dari pangan, energi, hingga air bersih.
Mengawali pidatonya, Prof. Wiratni menjelaskan bahwa teknik bioproses merupakan cabang dari teknik kimia yang menggabungkan biologi, matematika, dan rekayasa pabrik untuk merancang serta mengoptimasi proses produksi berbasis mikroorganisme.
Namun, ia menyoroti adanya persepsi bahwa bioproses lebih mahal dibanding proses sintetik konvensional. Padahal, menurutnya, dengan pengelolaan yang tepat, bioproses justru dapat menjadi alternatif paling murah dan berkelanjutan bagi masyarakat, karena memanfaatkan biomassa yang tersedia secara alami.
“Permasalahan manusia tidak bisa diselesaikan hanya dengan teknologi tinggi. Bioproses harus hadir dalam konteks sosial yang nyata, dekat dengan petani, nelayan, dan masyarakat,” ujarnya (11/11/2025).
Prof. Wiratni mencontohkan penerapan teknik bioproses dalam sektor pangan, terutama dalam menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki siklus alami yang terputus akibat penggunaan pupuk sintetis. Ia menyoroti pentingnya menghidupkan kembali mikroorganisme tanah seperti cyanobacteria yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara agar lahan kembali produktif secara alami.
Masalah distribusi pangan juga menjadi perhatian. Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga kesegaran hasil tangkapan laut. Ia menawarkan solusi berbasis bioteknologi melalui aplikasi nano-kitosan dari limbah kulit udang dan kepiting sebagai bahan pengawet alami yang ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh nelayan.
Dalam sektor energi, Prof. Wiratni menyoroti rendahnya produksi biogas nasional dibandingkan target yang ditetapkan pemerintah. Padahal, teknologi biogas skala rumah tangga sebenarnya sederhana dan sangat potensial jika disertai pendekatan sosial-ekonomi yang adil.
“Teknologi hanyalah bagian kecil dari keberhasilan. Kuncinya ada pada keberlanjutan sosial, persepsi masyarakat, dan model bisnis yang inklusif,” tuturnya (11/11/2025).
Dalam pidatonya, Prof. Wiratni menyimpulkan bahwa transisi dari gaya hidup konsumtif menuju keberlanjutan (sustainable living) memerlukan sinergi antara sains, teknologi, dan humaniora. Menurutnya, Insinyur bioproses, tidak hanya memahami mekanisme reaksi kimia dan rancangan proses, tetapi juga konteks sosial, budaya, dan ekonomi komunitas pengguna teknologi tersebut.