
Pada 3 Juni 2025, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Faridah, S.T., M.Sc., IPU., sebagai Guru Besar dalam bidang Instrumentasi untuk Lingkungan Terbangun Berkelanjutan. Dalam pidato pengukuhannya, beliau menyoroti urgensi transformasi sektor bangunan menuju efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan.
“Perubahan iklim global mengancam keberlanjutan hidup manusia, di mana pemanasan bumi akibat emisi gas rumah kaca (GRK) yang sebagian besar disebabkan oleh sektor energi,” ucap Prof. Faridah (3/6/2026).
Prof. Faridah mengungkapkan bahwa sektor bangunan di Indonesia menyumbang sekitar 36,7% dari total emisi GRK sektor energi nasional, dengan 90% berasal dari konsumsi listrik berbasis fosil. Kondisi ini menjadikan sektor bangunan sebagai target strategis dalam upaya penurunan emisi dan pencapaian net zero emission pada 2060—sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi hingga 41% pada 2030.
“Konsep bangunan zero energy hadir sebagai solusi strategis, melalui penggunaan energi yang murah, lokal, bersih dan terbarukan,”
Lantas, apa yang dimaksud dengan bangunan zero energy? ZEB adalah bangunan dengan konsumsi energi yang sangat rendah serta mampu memenuhi seluruh kebutuhan energinya dengan memanfaatkan energi terbarukan. Penerapan konsep ZEB pada bangunan mampu mengurangi konsumsi energi suatu bangunan secara signifikan—yang ZEB mengangkat dua prinsip utama: efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan.
Untuk mencapai bangunan ZEB, Prof. Faridah menekankan pentingnya pengembangan instrumentasi bangunan cerdas. Bangunan cerdas ialah bangunan hijau yang menerapkan sistem manajemen bangunan yang responsif serta memanfaatkan teknologi. Bangunan cerdas merupakan platform dinamis yang memastikan prinsip bangunan hijau tak hanya berhenti pada desain, tetapi terus berlanjut hingga operasional dan pemeliharaan.
Teknologi ini memungkinkan pemantauan dan pengelolaan energi secara real-time, serta penyesuaian otomatis terhadap kondisi lingkungan dan kebutuhan penghuni. Contohnya, sistem HVAC berbasis IoT (Internet of Things) dapat menyesuaikan suhu ruangan secara otomatis dan mengurangi konsumsi energi hingga 30%.
Sebagai disiplin yang menggabungkan prinsip fisika dan rekayasa, Teknik Fisika memiliki peran krusial dalam merancang bangunan cerdas. Instrumentasi merupakan bagian penting dalam keilmuan Teknik Fisika karena disiplin ini tidak hanya mempelajari fenomena fisika, tetapi juga menekankan pada bagaimana fenomena tersebut diukur, dianalisis, dan dikendalikan secara presisi dalam sistem nyata. Kontribusi Teknik Fisika dalam pengembangan instrumen dan sistem kontrol yang mendukung efisiensi energi, seperti desain pencahayaan alami, ventilasi silang, dan penggunaan material dengan isolasi termal tinggi.
Dalam pidatonya, Prof. Farida juga menekankan bahwa kesiapan teknologi saja tidak cukup untuk mewujudkan konsep ZEB, tetapi juga memerlukan keberanian regulasi untuk mendorong perubahan paradigma dalam praktik pembangunan—sehingga riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi juga dipraktikkan di lapangan. Pada akhirnya, keberhasilan transisi menuju bangunan masa depan yang cerdas dan hemat energi bukan hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh keberanian kolektif untuk mengubah cara kita memandang ruang, energi, dan kualitas hidup manusia.