Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi sebuah tujuan bersama yang terus digalakkan sampai sekarang. Alasannya jelas, perubahan iklim yang makin ganas dan menipisnya energi tak terbarukan di Indonesia, bahkan dunia. Untuk itu, pengaplikasian dari berbagai inovasi transformasi energi harus dipercepat agar bumi masih bisa tersenyum sampai anak cucu kita nanti.
Berangkat dari hal tersebut, Departemen Teknik Mesin dan Industri FT UGM melakukan pengabdian masyarakat dalam rangka pengaplikasian inovasi mereka dan bentuk dari Tridarma Perguruan Tinggi. Pada 16 Oktober kemarin, dua inovasi langsung diaplikasikan dan warga Kampung Terban RT 21 RW 05 yang meraup berkahnya.
Panel surya menjadi energi bersih pertama yang diaplikasikan ke kampung binaan teknik tersebut. Sekarang lampu-lampu di sepanjang jalan kampung telah berhasil diterangi energi ramah lingkungan tersebut. Pengelolaan Air Berbasis Teknologi merupakan inovasi kedua yang diterapkan, satu-satunya sumur dangkal dan bersih di sana, dipompa ke toren air yang ditinggikan, kemudian dialirkan kembali ke rumah warga dengan debit yang lebih deras dan jangkauan yang lebih luas.
Dr. Ir. Budi Arifvianto, S.T., Biotech, menjadi koordinator pengabdian bidang panel surya, sedangkan bidang akses air bersih oleh Ir. Nur Mayke Eka Normasari, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM. Saat diwawancarai oleh Tim Humas FT UGM mengenai latar belakang menjalankan penelitian ini, mereka kompak menjawab supaya energi terbarukan cepat familier mulai dari akarnya, yakni kampung-kampung kecil dahulu.
Jimly Al Faraby juga menambahkan harapannya saat sesi sambutan terhadap dua program ini. “Kami berharap supaya banyak kampung yang mulai menemukan identitasnya, misal menjadi kampung wisata edukasi atau semacamnya, dari situ kampung bisa menjadi contoh bagi yang lain sehingga ekonomi masyarakat bisa bertambah,” tuturnya.
Pelaksana Lurah Terban, Tutut Hari Kartono juga turut berterima kasih ke Fakultas Teknik UGM, kemudian beliau juga menuturkan sebuah pesan. “Kita harus terus berpikir lebih maju, misal dari panas yang akhir-akhir ini kita sambati terus, ternyata bisa menjadi berkah untuk menyalakan lampu,” ujarnya.
Tentunya, warga juga diberikan sosialisasi mengenai perawatan dan pemakaian dua teknologi tersebut agar bisa mengaplikasikannya secara mandiri. Warga juga berharap agar ke depannya pihak fakultas secara berkala memantau panel surya dan tower air supaya efisiensinya tetap terjaga.
Adanya panel surya dan pompa air mandiri menjadi berkah bagi warga, pasalnya tagihan air PDAM yang biasanya mencapai Rp240 ribu terpangkas menjadi Rp40–50 ribu saja. Tagihan listrik juga sama, dari Rp70 ribu menjadi sekitar Rp20 ribu saja. Penulis berharap pengaplikasian energi terbarukan makin marak, bisa dimulai di lingkungan sekitar kampus terlebih dahulu untuk mendapatkan berbagai feedback agar alat bisa lebih advance ketika diimplementasikan di banyak tempat nantinya. (Humas FT: Taufik Rosyidi)