
Banyuwangi memiliki program “Banyuwangi Hijau” untuk mendukung pengelolaan sampah yang sirkular. Sementara sampah organik di Banyuwangi sudah dimanfaatkan menjadi kompos, sampah anorganik masih menjadi masalah. Akan tetapi, bagi Wahidhania Inna Yakut (Teknik Elektro, 2022) dari Tim KKN-PPM UGM SRONO 2025, sampah anorganik justru bisa menjadi pintu gerbang untuk menghadirkan perubahan.
Inna membuat inovasi “Bin-GO”, tempat sampah pintar yang juga terbuat dari sampah. Dengan begitu, sampah anorganik yang dihasilkan oleh masyarakat kecamatan Srono dapat dikelola secara sirkular dan meminimalisir dampak lingkungan.
Bin-GO terbuat dari sampah anorganik yang dicacah kemudian dicampur dengan resin dan dicetak hingga terbentuk wadah yang kokoh dan bernilai guna. Tidak berhenti di situ, Inna juga menambahkan sensor ultrasonik yang memungkinkan tempat sampah membuka secara otomatis ketika mendeteksi keberadaan objek. Inovasi ini menjadi upaya sederhana untuk membuat pengelolaan sampah lebih higienis, ramah teknologi, dan menarik perhatian masyarakat.
Supaya inovasi ini dapat terus berkelanjutan, Inna juga meninggalkan guidebook berisi panduan pembuatan, perawatan, dan pengembangan inovasi ini. Meskipun tampak sederhana, apabila diadopsi dengan sistem yang pengelolaan yang tepat, Bin-GO dapat menjadi solusi menumpuknya sampah anorganik di berbagai daerah.
Bagi Inna, KKN menjadi pengalaman berharga karena ia menemukan persoalan masyarakat yang tidak dijumpai di ruang kuliah, sekaligus belajar mencari solusi nyata.
“Melalui kegiatan ini aku belajar bermasyarakat, membangun hubungan baik dengan warga, serta memahami masalah yang hanya ada di lapangan. Dari situ aku sadar, solusi nyata lahir dari pemahaman bersama,” ujar Inna (12/9/2025).
Inna berharap supaya Bin-GO tidak berhenti di akhir program KKN. Dengan panduan yang telah disusun, inovasi ini diharapkan bisa diteruskan, direplikasi, dan dikembangkan lebih luas. Di balik wadah sampah dari resin dan sensor sederhana, tersimpan pesan besar: bahwa masalah lingkungan, kesehatan, dan pendidikan bisa ditangani dengan kolaborasi dan kreativitas.
Sumber: Wawancara langsung dengan Wahidhania Inna Yakut (Teknik Elektro, 2022)
Penulis: Radaeva Errisya