Setelah sukses dengan penanaman 2000 pohon di Fakultas Teknik 16 Agustus kemarin, GamaHumat kembali menorehkan keberhasilan lain. Kini, lahan sawah di Kelurahan Bimomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman mendapat giliran untuk menjadi saksi inovasi dari Pusat Kajian Sumberdaya Bumi Non-Konvensional (Unconventional Geo-resources Research Group, UGRG) yang merupakan salah satu pusat kajian di bawah naungan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Pada Jumat (27/09), UGRG bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk dan Pusat Sumber Daya Mineral, Batu bara dan Panas Bumi (PSDMBP) menyelenggarakan kegiatan panen padi dari hasil uji coba produk GamaHumat yang bertajuk “Panen Padi Perdana Hasil Implementasi GamaHumat”. Tentunya, Lurah Bimomartani, tokoh warga, dan beberapa petani juga turut diundang dalam acara ini, karena merekalah yang akan menikmati hasil inovasi Prof. Ferian.
Penulis juga terjun langsung ke area sawah, mengikuti dengan khusyuk rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mendukung kemandirian pupuk sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional. Setelah duduk manis menyimak runtutan kegiatan pembuka, tibalah saatnya sebagian besar hadirin mengenakan caping, sepatu boots, dan membawa sebuah arit untuk memanen padi.
Sebelum memanen, Prof. Ferian menyampaikan kepada semua peserta bahwa padi yang menggunakan GamaHumat bisa dipanen seminggu sebelum padi yang diberi Pupuk NPK dan Urea. Kemudian, Wakil Dekan Ir. Ali Awaludin juga menyampaikan harapannya agar proses pematenan GamaHumat bisa segera rampung dan dapat secepatnya dimanfaatkan secara luas.
Setelah semuanya siap, Prof. Ferian dan Ir. Ali melayangkan aritnya ke padi, tanda bahwa proses pemanenan resmi dimulai. Penulis juga ikut berpura-pura menjadi seorang petani dan berhasil menaklukkan dua genggam Oryza sativa. Dirasa cukup dalam memanen, peserta kembali dari kawasan lumpur untuk berdiskusi mengenai penggunaan GamaHumat ke depannya.
“Tahap selanjutnya, adalah melihat bagaimana degradasi tanah yang terjadi pascapanen,” ujar Prof. Ferian dalam diskusi. Guru Besar Termuda dari Teknik Geologi ini juga menambahkan apabila GamaHumat akan diuji coba ke tanaman buah. Selain itu, beliau juga sedang mengusahakan untuk menyewa lahan karst di Gunungkidul sebagai tempat uji coba.
Lahan karst dipilih karena tidak cocoknya tanah tersebut untuk ditanami tumbuhan karena sifatnya yang kering dan kurang subur. Untuk itu, GamaHumat diharapkan mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah untuk menyimpan air dan nutrisi, serta merangsang aktivitas mikroorganisme yang bermanfaat. Ditambah lagi, juga meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi oleh tanaman sehingga membantu pertumbuhan akar yang lebih kuat dan mendukung ketahanan tanaman terhadap kondisi stres seperti kekeringan dan salinitas.
“Harapan saya, apabila berhasil (uji coba di lahan karst), GamaHumat dapat diterapkan di areal IKN. Mengingat, adanya masalah lahan mayoritas gambut yang tidak subur.”
Prof. Dr. Ir. Ferian Anggara, S.T., M.Eng., IPM.
“Harapannya GamaHumat menjadi inovasi penolong petani dengan biaya yang terjangkau tentunya karena pupuk yang makin mahal,” tutur Lurah Bimomartani Tutik Wahyuningsih. Produk GamaHumat ini, sekaligus menjadi bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (Humas FT: Taufik Rosyidi)