Kamis (27/09) lalu, di Auditorium Gedung Prof. Roosseno SGLC FT UGM, Harita Nickel dengan programnya “Harita Goes to Campus” mengadakan talkshow dengan titel “Ekonomi Sirkular: Peran Nikel dan Transisi Energi dalam Membangun Masa Depan Bersih di Indonesia bersama Harita Nickel”. Tentu saja mereka tak sendiri, Society of Economic Geologist UGM—sebuah organisasi dari program studi Teknik Geologi yang bergerak di bidang geologi ekonomi—menjadi partner mereka dalam menyelenggarakan ajang diskusi tersebut.
Acara dengan slogan “Dari Obi Untuk Indonesia” ini, menghadirkan 4 narasumber dari Harita Nickel sendiri. Dimulai dari Ir. Tonny Gultom, IPU., ASEAN Eng. (HSE Director) dan Robby Rafianto (Head of Exploration and Mine Development). Kemudian, 2 narasumber lainnya merupakan Muhammad Iqbal S.Hut. (Climate Change Senior Specialist) dan Muhammad Yuda Pranata S.T. (Community Affairs Superintendent).
“Mahasiswa harus penasaran dengan topik diskusi kali ini, karena apa, ini (nikel) merupakan gebrakan baru. Sebelumnya emas lah yang menjadi fokus dalam pertambangan,” ujar Prof. Selo dalam sambutannya. Setelah dibuka dengan sambutan dari Dekan Fakultas Teknik dan simbolis penyerahan cendera mata, talk show segera dimulai. Dr.Eng. Ir. Lucas Donny Setijadji, S.T., M.Sc., IPU. yang merupakan dosen dari Teknik Geologi sekaligus academic advisor dari SEG UGM memulai diskusi sebagai moderator dari forum kali ini.
Bahasan tentang transisi energi dari Pak Tonny menjadi hidangan pembuka acara. Beliau juga menegaskan pernyataan Pak Dekan, semisal nikel baru menjadi fokus mereka—Harita Nickel—pada kurun 10 tahun terakhir. Kemudian, alumni Fakultas Geografi UGM tersebut juga mempersuasi peserta yang terdiri dari berbagai program studi, bahkan dari perguruan tinggi selain UGM supaya menjadi penerusnya di Harita. Selanjutnya, diskusi dilempar ke Pak Roby, kali ini, membahas mengenai bagaimana perjalanan dari PT Trimegah Bangun Persada itu sendiri. Dijabarkan pula, bahasan teknis bagaimana proses hilirisasi nikel sendiri.
Lebih kurang satu jam diskusi, topik beralih mengenai komitmen terhadap ESG (Environmental, Social, and Governance) atau tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan oleh Muhammad Iqbal dan Muhammad Yuda Pranata. Mengingat industri pengolahan nikel bisa menghasilkan limbah yang besar. Ditambah, apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Selain dari aspek lingkungan, tata kelola sosial dan perusahaan juga disinggung, misalnya mengenai business risks and opportunities for mining and metals in 2024.
Sebulan sebelum talk show digelar, kolaborasi antara SEG UGM dengan Harita Nickel juga mengadakan lomba esai dan infografik sebagai ajakan kepada mahasiswa untuk mendalami green mining dan circular economy. Barulah, pada akhir sesi talk show, diumumkan total 6 juara dari 2 lomba tersebut. Tak hanya itu, juga terdapat 5 orang beruntung yang mendapatkan voucher e-money. Gongnya, satu mahasiswa beruntung dari Teknik Geologi berhasil membawa pulang sepeda listrik sebagai wujud nyata acara ini dalam kampanye transisi energi.
Transisi energi menjadi “event besar” yang akan terus digalakkan. Alasannya jelas, perubahan iklim makin mengerikan dan kesadaran bersama akan alam yang kian menyedihkan belum tergambar di setiap insan. Oleh karena itu, penting rasanya, bagi mereka yang sudah sadar akan kenyataan tersebut harus membangunkan mereka yang masih terpejam di dunia yang mereka anggap “baik-baik saja”.
Penulis mengapresiasi benar suksesnya acara ini. Dari sekitar 270 kursi yang tersedia di auditorium, sebanyak 350 orang mengisi formulir pendaftaran. Artinya, orang-orang mulai sadar dan melirik nikel sebagai amunisi baru mewujudkan transisi energi. (Humas FT: Taufik Rosyidi)