
Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah—kecamatan yang menyimpan segudang keindahan bahari dan berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan. Sayangnya, potensi ini terpendam akibat keterbatasan data spasial maupun informasi terkait potensi yang ada. Di sinilah urgensi Program Ekspedisi Lokasi Potensi Wisata Bahari yang digagas Muhammad Iqbal Halim (PWK, 2022) dari Tim KKN-PPM UGM Banggai Kepulauan 2025 menemukan titik pijaknya.
“Padahal, masyarakat sebenarnya punya kesadaran akan potensi wilayahnya, hanya saja belum terdokumentasi dan belum ada basis data yang bisa dipakai untuk perencanaan,” ujar Halim, penggagas program kerja (11/9/2024).
Merangkai Peta, Menyulam Harapan: Tujuan Utama Ekspedisi Pulau Bertasbih
Ekspedisi ini menyasar Gugus Pulau Bertasbih, yang terdiri atas 33 pulau kecil—jumlah yang menyerupai bijih tasbih. Melalui ekspedisi ini, Tim KKN-PPM UGM berkolaborasi dengan Blue Alliance Indonesia (NGO) dan masyarakat lokal untuk mencapai empat tujuan utama: memastikan setiap pulau memiliki nama, memetakan lokasi terumbu karang, memetakan area hutan bakau, unsur alam lainnya, serta memvisualisasikan marine protected area (MPA).
Halim menyebutkan bahwa penamaan setiap pulau di Gugus Pulau Bertasbih tidak dapat dilepaskan dari peran aktif masyarakat setempat. Local wisdom yang mereka miliki menjadikan setiap nama pulau sarat dengan filosofi dan makna tersendiri. Kehadiran nama resmi ini tidak hanya memperkuat identitas lokal, tetapi juga mempermudah proses pemetaan sekaligus meningkatkan daya tarik promosi sebagai destinasi wisata bahari.
Selain itu, pemetaan terumbu karang dan hutan bakau menjawab persoalan minimnya data spasial untuk pengembangan wisata bahari. Data terumbu karang dapat menjadi dasar pengembangan wisata selam dan snorkeling, sementara pemetaan bakau mendukung rancangan wisata ekologi berbasis konservasi. Sepanjang ekspedisi, tim juga menghasilkan dokumentasi visual komprehensif yang menyingkap pesona tersembunyi sekaligus menjadi modal promosi bagi masyarakat.
Tak hanya tujuan wisata, penetapan MPA oleh Blue Alliance Indonesia juga sangat membantu menjaga keberlanjutan sumber daya bahari sekaligus menjadi acuan kebijakan dalam konservasi pesisir. Data ini kelak penting untuk menyeimbangkan antara pemanfaatan wisata dan pelestarian lingkungan.
Jejak Ekspedisi, Lahirnya “Hari Pariwisata Bahari”
Ekspedisi ini menghasilkan tiga peta yang menggambarkan potensi wisata bahari di Gugus Pulau Bertasbih. Peta-peta tersebut kemudian diserahkan kepada pihak Kecamatan, Perangkat Desa Lumbi-Lumbia, dan SMK 1 Buko Selatan sebagai bahan edukasi serta acuan pengembangan wisata yang berkelanjutan.
Dari sekian program yang ia jalani, Halim sebut pemetaan potensi bahari menjadi salah satu yang paling berdampak. “Ini kelebihan yang tidak dimiliki kecamatan lain. Warga bisa melihat langsung bagaimana potensi wilayahnya tergambar dalam peta. Itu jadi modal besar untuk perencanaan ke depan,” ungkapnya.
Dampak nyata dari program kerja ini terlihat dengan lahirnya kebijakan penetapan “Hari Pariwisata Bahari” di Kecamatan Buko Selatan. Hal ini menegaskan bahwa program Ekspedisi Pemetaan Potensi Bahari mampu membuka jalan pengembangan pariwisata di Banggai Kepulauan.
Menjaga Jejak, Merawat Masa Depan: Aspek Keberlanjutan dan Harapan ke Depan
Halim berharap peta-peta yang telah disusun tidak hanya menjadi arsip, melainkan dimanfaatkan secara nyata oleh pemerintah desa dan kecamatan dalam mengembangkan pariwisata Buko Selatan. Ia pun berharap KKN tahun berikutnya dapat melanjutkan tahapan perencanaan yang lebih detail, sehingga strategi wisata bahari dapat diwujudkan secara utuh.
“Harapannya, KKN tahun depan bisa melanjutkan tahap perencanaan wisata secara lebih detail,” ungkap Halim (11/9/2024).
Selain itu, Halim juga melaksanakan pelatihan software pemetaan kepada masyarakat setempat. Tujuannya agar pemerintah desa maupun masyarakat dapat mengembangkan proses digitalisasi secara mandiri, bahkan setelah KKN berakhir.
Di Balik Ekspedisi: Pengalaman dan Sambutan Hangat Warga Buko Selatan
Lebih dari sekadar menjalankan program kerja, hubungan yang ia jalin dengan masyarakat menjadi kenangan hangat bagi Halim. “Kami disambut dengan sangat hangat dan full dukungan, hingga terasa seperti dipertemukan dengan keluarga baru. Momen-momen ketika dapat melihat langsung keindahan alam bersama warga menjadi kenangan yang sulit dilupakan,” ujarnya.
Halim menambahkan bahwa pengalaman KKN, terutama di luar Pulau Jawa, merupakan kesempatan langka yang tidak dimiliki semua mahasiswa di universitas lain. Terjun langsung ke wilayah dengan kondisi geografis, sosial, dan infrastruktur yang berbeda dari pusat pendidikan di Jawa memberinya perspektif baru mengenai tantangan sekaligus potensi pembangunan di daerah tersebut. Ia pun berpesan agar teman-teman yang belum mengikuti KKN tidak melewatkan kesempatan ini, karena pengalaman seperti ini dapat memperkaya wawasan dan membuka pandangan baru tentang kehidupan serta pembangunan di daerah.
Sumber: Wawancara langsung dengan Muhammad Iqbal Halim (PWK, Angkatan 2022)
Dokumentasi: Tim KKN-PPM UGM Banggai Kepulauan 2025