
Pada Minggu, 31 Agustus 2025, tim Reactics Chem-E-Car UGM kembali menorehkan prestasi menakjubkan pada AIChE Regional Chem-E-Car Competition (AISC) 202. Tim Reactics berhasil meraih 1st Place in Race Competition, 2nd Place in Poster Competition, dan penghargaan Best Video Profile Competition. Kemenangan pada kategori Race Competition ini sekaligus menjadi tiket bagi Reactics Chem-E-Car UGM untuk melaju ke AIChE Annual Student Conferences Chem-E-Car Competition 2025 yang akan diselenggarakan di Boston, Amerika Serikat pada November mendatang.
Prestasi ini semakin memperpanjang catatan kemenangan tim Reactics Chem-E-Car UGM. Pada tahun sebelumnya, tim Reactics juga berhasil meraih 1st Place in Race Competition dan 2nd Place in Poster Competition di AISC 2024 serta mencatatkan posisi Top 7 Global Stage pada AIChE Annual Student Conferences Chem-E-Car Competition 2024.
Tim Reactics Chem-E-Car UGM ini dipimpin oleh Rafa Haidar Wicaksana (Departemen Teknik Mesin dan Industri) dengan lima anggota, yaitu Ikhlasul Amal Abda’i (Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika), Akmal Argiyanto Pratama (Departemen Teknik Kimia), Ariyo Favian Tamim (Departemen Teknik Mesin dan Industri), dan Bintang Ramadhan (Departemen Teknik Kimia). Dukungan juga datang dari Muhammad Andriano Hasnam (Departemen Teknik Nuklir dan Fisika) yang berperan sebagai manajer tim.
Berbeda dari perlombaan mobil pada umumnya, tantangan utama dalam Chem-E-Car bukanlah kecepatan, melainkan ketepatan jarak. Pada kompetisi ini, mobil berhasil berhenti di jarak 28,727 meter dengan target 30 meter, selisih yang sangat tipis dan mencerminkan ketelitian perhitungan yang dilakukan.
Bagi Kapten tim, Rafa, kemenangan ini adalah hasil kerja kolektif. “Kemenangan ini bukan milik satu orang, tapi milik kita semua. Setiap usaha dan waktu yang kita korbankan, semuanya terbayar lunas. Tahun ini, kita kembali bukan sebagai peserta, tetapi sebagai pemenang dan datang untuk menjemput piala yang tertinggal itu!”.
Tim Reactics Brahmanada menghadirkan mobil dengan konsep yang unik dan inovatif. “Mobil kami memanfaatkan gas CO₂ sebagai power source yang dihasilkan dari reaksi asam-basa antara asam asetat dan natrium bikarbonat. Reaksi ini bersifat endotermik, sehingga membutuhkan pemicu eksternal. Gas CO₂ yang digunakan pun tergolong aman dan stabil karena tidak mudah terbakar seperti gas O₂,” tutur Akmal.
Keunikan lain juga terlihat dari sistem stopping-nya. Tim Reactics Brahmanada memanfaatkan sensor cahaya dengan prinsip turbiditas atau kekeruhan yang muncul karena adanya akumulasi sulfur sebagai produk dari reaksi natrium tiosulfat dan asam sulfat. Kondisi keruh tersebut membuat cahaya yang menembus sensor semakin sedikit di akhir reaksi, dan pada titik itulah mobil akan berhenti.
Inovasi mobil ini jelas menjadi senjata andalan tim dalam menghadapi kompetisi. Namun, perjalanan menuju lomba tidak sepenuhnya mulus.
“Tantangan terbesar kami justru datang dari waktu persiapan yang sangat terbatas,” ujar Ikhlas. Selama hampir dua bulan, anggota tim harus melaksanakan kegiatan KKN, sehingga membuat persiapan lomba terhenti total. Selain masalah waktu, banyak variabel selama pengembangan mobil yang mengganggu proses pengambilan data.
Ariyo Favian menyebutkan bahwa terdapat keputusan krusial yang harus diambil oleh tim terkait operasional mobil saat perlombaan berlangsung.
“Setelah race pertama, kami harus mengambil keputusan mengenai volume larutan kimia yang harus diinjeksikan ke dalam vessel dan posisi mobil pada garis start. Keputusan ini krusial karena menentukan jarak dan lintasan mobil,” ucap Favian. Tim Reactics berdiskusi dengan cepat, meninjau ulang strategi, dan menyepakati pilihan terbaik.
Tidak hanya unggul dalam aspek teknis, Tim Reactics Chem-E-Car juga menunjukkan keunggulan dalam kreativitas dengan meraih penghargaan Best Video Profile dan posisi kedua dalam Poster Competition. Prestasi ini tentu tidak lepas dari kerja sama dan dukungan dari seluruh anggota Reactics yang saling melengkapi peran.
“Di tengah persiapan teknis mobil, tim teknis berkolaborasi dengan divisi lainnya untuk menyusun poster dan video profil tim yang tidak hanya menjelaskan konsep mobil secara detail, tetapi juga menggambarkan semangat kebersamaan yang mereka bawa ke ajang perlombaan,” ucap Bintang.
Kesempatan ini diperoleh dengan bantuan dan dukungan dari seluruh tim Reactics Chem-E-Car UGM dan semua pihak yang terlibat. Tidak luput juga dukungan para dosen pembimbing Reactics, yaitu Bapak Budhijanto, ST., MT., Ph.D., IPM, Bapak Addin Suwastono, S.T., M.Eng., Bapak Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng., dan Bapak Robertus Dimas Dhewangga Putra, S.T., M.Eng., PhD.
“Perjalanan ini baru dimulai, dan Boston adalah panggung berikutnya untuk membuktikan kemampuan tim kami. Harapannya, ke depan tim Reactics UGM bisa mencetak prestasi lebih tinggi lagi, serta menginspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk berkarya,” ujar Hasnam.
Kesempatan ini menjadi momen berharga untuk membuktikan kemampuan Tim Reactics Chem-E-Car dalam bersaing dengan tim-tim terbaik dunia. Tim Reactics Chem-E-Car membawa harapan besar, tidak hanya untuk mengukir prestasi bagi Universitas Gadjah Mada, tetapi juga untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Narasi oleh Tim Reactics Chem-E-Car
- Ikhlasul Amal Abda’i (Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika)
- Akmal Argiyanto Pratama (Departemen Teknik Kimia)
- Ariyo Favian Tamim (Departemen Teknik Mesin dan Industri)
- dan Bintang Ramadhan (Departemen Teknik Kimia)