
“Kasus pagar laut, konflik agraria dan sengketa tanah, tumpang tindih izin dan hak atas tanah, alih fungsi lahan yang tidak terkendali, kerusakan lingkungan akibat penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan, dan pembangunan infrastruktur yang menggunakan informasi spasial yang tidak tepat/valid adalah beberapa kasus yang sering kita dengar,” terang Prof. Dr. Ir. Harintaka, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng., dalam pidatonya pada Pengukuhan Guru Besar di Grha Sabha Pramana, Kamis (24/4).
Adanya permasalahan tersebut menandakan bahwa ketersediaan Informasi Geospasial yang akurat dan terpercaya sangatlah diperlukan. Menurutnya, akurat mengacu pada keadaan sebenar-benarnya—mencakup aspek posisi/spasial, atribut, dan temporal—yang memiliki tingkat kesalahan/ketidaksesuaian minimum. Sedangkan terpercaya, mengacu pada data geospasial yang bersumber dari data dan metode yang valid, diproses dengan standar yang baku, dan terverifikasi. Konsep ini merupakan standar yang diterapkan di bidang Teknik Fotogrametri.
Dalam pidato berjudul Teknologi Fotogrametri: Perkembangan dan Kontribusinya untuk Penyediaan Informasi Geospasial Yang Akurat dan Terpercaya tersebut, Prof. Harintaka menerangkan apabila teknologi fotogrametri telah berevolusi dalam 4 fase, yaitu: fase analog, analitik, digital, dan visi komputer serta pembelajaran mesin (machine learning). “Di Departemen Teknik Geodesi FT UGM, dalam bidang fotogrametri saya termasuk generasi yang beruntung berkesempatan mempelajari dan menggunakan 4 fase tersebut sejak tahun 1990-an,” jelas Dosen Teknik Geodesi tersebut.
Adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence), yang mencakup machine learning dan deep learning juga telah mendisrupsi fotogrametri. Oleh karena itu, fotogrametri dapat berjalan ke era baru, yaitu memperluas domainnya melalui perkembangan bidang visi komputer (computer vision). Penggunaan visi komputer dan kecerdasan buatan di bidang fotogrametri akan menyebabkan melimpahnya data point cloud sebelum data atau informasi geospasial diperoleh. Nantinya, point cloud akan menjadi salah satu format data yang paling penting untuk representasi 3D karena struktur data ini sangat mendukung proses otomatisasi.
“Fotogrametri akan terus berkembang, mengikuti arus teknologi dan menjadikannya sebagai alat yang semakin relevan dalam dunia digital yang terus berubah. Sebagai teknologi yang adaptif, fotogrametri diproyeksikan memainkan peran kunci dalam penyediaan informasi geospasial di berbagai sektor, mulai dari perencanaan kota hingga mitigasi bencana,” pungkas Prof. Harintaka. (Humas FT: Taufik Rosyidi)
Sumber: Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ir. Harintaka, S.T., M.T., IPU., ASEAN.Eng.