MAGELANG – Arsitek UGM, Dr. Ir. Pradipto, beserta 30 mahasiswa bekerja sama dengan organisasi GP Ansor berhasil menyelesaikan 10 bangunan hunian sementara (huntara) semipermanen di Dusun Sudimoro, Desa Adikarto, Muntilan, Magelang. Bangunan diperuntukkan bagi para korban bencana banjir lahar dingin yang sebelumnya tinggal di sekitar Kali Pabelan. “Bangunan ini tidak hanya untuk 1-2 tahun, tapi bisa nanti bertahun-tahun sehingga dibuat lebih kuat, karena kita pikir para korban hilang rumah dan tanah,” kata Pradipto yang ditemui di sela-sela peresmian, Senin (25/4).
Pradipto menyebutkan 10 bangunan berbentuk rumah panggung tersebut masing-masing berukuran 4×6 meter persegi, menempati lahan seluas 1.500 meter persegi, dan menghabiskan dana Rp 150 juta. Bangunan mempunyai tinggi 2×3 meter persegi, yang terdiri atas 2 lantai, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1 dapur. “Kita mencoba memberi fasilitas agar mereka tidak mejadi korban kedua selama tinggal di huntara sehingga dibuat panggung,” katanya.
Karena konstruksi bangunan menggunakan bahan yang cukup kuat, menurut Pradipto, bangunan huntara ini dapat dimanfaatkan hingga lima tahun, bahkan juga tahan terhadap terpaan hujan, angin, dan gempa. “Ini agak beda. Semua rangkaian sambungan bambu menggunakan baut dengan rangkaian yang sangat rapi sehingga tahan terhadap angin, hujan, dan gempa,” terangnya.
Proses pengerjaan selama 1,5 bulan dilakukan langsung oleh Pradipto dengan melibatkan 30 orang mahasiswa UGM dari berbagai fakultas. “Jadi, saya libatkan mahasiswa. Ada 30 mahasiswa terlibat dalam pembangunan. Mereka saya ajak sebagai relawan,” kata pria kelahiran Gunung Kidul, 29 Oktober 1956 ini.
Sekda Magelang, Drs. Sutoyo, mengatakan pihaknya menyampaikan apresiasi terhadap tim arsitek UGM dan GP Ansor atas pembangunan huntara bagi korban bencana lahar dingin di wilayah Magelang. Apalagi sampai saat ini, Magelang masih dalam kondisi tanggap darurat bencana erupsi Merapi. “Kalau daerah lain sudah recovery, Magelang masih tanggap darurat,” imbuhnya.
Sutoyo menjelaskan bangunan huntara sedianya dimanfaatkan selama 1-2 tahun. Setelah itu, akan dibangun hunian tetap bagi para korban. “Setelah ini, akan ada penelitian tentang daerah rawan bencana. Jika ada daerah tidak bisa dihuni kembali, maka akan dibangun hunian tetap bagi para pengungsi,” katanya.
Sebaliknya, jika lahan yang dihuni sebelumnya sudah bisa ditempati lagi, pemerintah akan membantu melaksanakan pemulangan pengungsi ke kediaman semula. Manajer KKN PPM UGM, Dr. Irkham Widiono, berharap bangunan huntara tidak hanya dimanfaatkan untuk tempat tidur semata, tetapi juga untuk kegiatan belajar-mengajar dalam proses pembinaan warga korban Merapi. “Dari huntara ini, kita harapkan mampu mengembangkan kapasitas diri dalam rangka meningkatkan kecerdasan hati dan akal,” ujarnya.
Peresmian huntara ini ditandai dengan penyerahan simbol kunci oleh Wakil Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid, Wakil Ketua Umum PBNU, As’ad Said Ali, dan Manajer KKN PPM UGM, Dr. Irkham Widiono. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber: www.ugm.ac.id