Sejak Universitas Gadjah Mada mencanangkan akan menuju universitas riset berkelas dunia (world class research university/WCRU) beberapa tahun yang lalu, Jurusan Teknik Kimia FT UGM terus berbenah merancang beberapa program pendukung. Demikian disampaikan Dr. Wiratni, pengurus JTK UGM bidang penelitian, alumni dan kerjasama, Jumat (15/10) pada acara soft-launching eco mini plant kapasitas 150 liter/hari yang digagas dan akan dibangun oleh Process System Engineering (PSE) research group JTK UGM..
Di awal acara soft-launching eco mini plant: Green fuel, Prof. Ir. Arief Budiman, MS, D.Eng, koordinator PSE research group menyampaikan bahwa mini plant ini dibangun dengan konsep eco-friendly building karena bangunannya memanfaatkan penataan sirkulasi udara sehingga tidak diperlukan pengkondisi udara (AC). Selain itu, untuk keperluan lighting digunakan panel surya, sehingga bangunan ini merupakan bangunan ramah lingkungan.
“Dari sisi proses, green fuel ini bersifat eco-friendly technology process. Bahan baku yang digunakan dapat berupa minyak jarak, nyamplung, karet, randu dll yang merupakan minyak non pangan. Minyak tersebut akan diolah menjadi biodiesel yang mempunyai banyak kelebihan, seperti menghasilkan emisi yang lebih baik dibanding minyak diesel/minyak solar. Selain itu, biodiesel mempunyai cetane number yang lebih tinggi dari pada minyak solar, dan bisa mencapai 62 sementara itu minyak solar hanya sekitar 50. Sehingga pembakaran pada mesin lebih baik, tarikan lebih kencang, suara lebih halus, bau knalpot lebih wangi”, kata Arief Budiman.
Ditambahkan oleh Arief bahwa hasil samping yang berupa gliserol akan dibuat bioaditif yang berfungsi untuk menaikkan angka oktan pada premium. “Diharapkan, jika premium ditambah dengan bioaditif akan mempunyai sifat yang setara dengan pertamax, yang akan menyempurnakan proses kimia dan sistem pembakarannya didalam mesin. Sehingga akan menaikkan performa mesin motor atau mobil”, imbuhnya.