Kerja sama antara Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, TNI Angkatan Udara, dan Jogja Flying Club kembali membuka ruang baru bagi pengembangan dunia kedirgantaraan di Yogyakarta. Dua unit pesawat microlight trike milik UGM yang sebelumnya tidak aktif kini resmi dimanfaatkan bersama, membawa harapan baru bagi pendidikan, riset, dan layanan kemasyarakatan di sektor udara.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Selo, menjelaskan bahwa pesawat tersebut semula tidak dapat digunakan karena keterbatasan sumber daya dan fasilitas operasional. Melalui kerja sama ini, aset tersebut akhirnya mendapatkan rumah yang tepat untuk kembali berfungsi. Ia menegaskan bahwa langkah ini bukan hanya menghidupkan kembali alat pembelajaran, tetapi juga membuka kesempatan baru bagi mahasiswa dan peneliti untuk terlibat dalam kegiatan dirgantara. “Kami ingin aset ini kembali memberi manfaat seluas-luasnya untuk dunia akademik dan masyarakat,” ujarnya.

Dukungan penuh datang dari Kepala Pusat Teritorial TNI AU, Marsma TNI Cahya Elang Migdiawan, yang menekankan pentingnya pemanfaatan pesawat ringan untuk pendidikan, pelatihan, hingga operasi kebencanaan. Pesawat trike, dengan fleksibilitas manuvernya, memiliki peran strategis dalam situasi yang tidak dapat dijangkau pesawat besar. Ia melihat kerja sama ini sebagai langkah nyata memperkuat kapasitas dirgantara dan membuka peluang lebih besar bagi generasi muda untuk memahami teknologi penerbangan secara langsung.
Sejalan dengan itu, Komandan Lanud Adisutjipto, Marsma TNI Toto Ginanto, menyebut sinergi ini sebagai wujud kuatnya kolaborasi antara lembaga pendidikan, institusi pertahanan, dan komunitas dirgantara. Baginya, kolaborasi tiga pihak ini menjadi pondasi penting untuk memajukan ekosistem kedirgantaraan nasional, sekaligus memperkuat koneksi antara teknologi, keselamatan publik, dan upaya penguatan komunitas.
Sebagai tindak lanjut, pesawat trike UGM kini ditempatkan di Hanggar Jogja Flying Club di bawah pembinaan FASI DIY. Pengelolaan bersama ini memungkinkan proses pelatihan yang lebih profesional dan berkelanjutan, termasuk peluang bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman langsung terkait keselamatan terbang, operasional pesawat ringan, dan sistem pengelolaannya.
Kerja sama ini juga membuka peluang pengembangan di bidang lain seperti teknologi wahana udara tanpa awak, pemantauan lingkungan, mitigasi bencana, hingga penggunaan data udara untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Nilai-nilai yang diusung––antara lain peningkatan kualitas pendidikan, penguatan inovasi, keselamatan dan ketahanan masyarakat, serta kemitraan lintas lembaga––menjadi fondasi penting dari kolaborasi ini.
Dengan sinergi ini, pesawat trike milik UGM tidak lagi menjadi aset yang terhenti di gudang. Ia kembali mengudara sebagai simbol gerak maju universitas dalam berkolaborasi, berinovasi, dan menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat. Kerja sama ini menjadi langkah baru yang menegaskan komitmen FT UGM untuk terus berperan aktif dalam membangun masa depan kedirgantaraan yang lebih cerdas, inklusif, dan berdaya.
Sumber: