Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di Asia Tenggara, terutama dari sektor industri yang menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar. Data dari Kementerian Perindustrian tahun 2023 menunjukkan peningkatan emisi industri yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Emisi dari cerobong industri menjadi salah satu sumber utama dari berbagai polutan berbahaya, seperti karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO₂), dan nitrogen dioksida (NO₂). Dampak dari emisi ini tidak hanya mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup, tetapi juga memberikan ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Masalah ini menuntut adanya solusi yang lebih inovatif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan untuk menangani polusi udara. Kami percaya bahwa penggunaan bahan alami yang mudah diperoleh serta teknologi modern seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) dapat memberikan solusi yang efektif dalam mengurangi polusi industri. Berangkat dari permasalahan ini, kami, tim mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, merancang sebuah solusi inovatif yang dapat membantu industri dalam mengurangi emisi gas berbahaya secara efisien dan berkelanjutan.
Tim kami terdiri dari lima anggota yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, yaitu Edi Mustofa Yulianto (Teknik Industri 2023) sebagai ketua tim, yang beranggotakan Alvianto Nugroho (Kimia 2021), Langit Lintang Radjendra (Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak 2022), Muhammad Dzaky Alfarizti (Elektronika dan Instrumentasi 2022), dan Muhammad Fachri Mulia Tanjung (Teknik Industri 2023). Dalam mengembangkan solusi ini, kami mendapatkan bimbingan dari Dr. Eng. Ir. Herianto, S.T., M.Eng., IPU., ASEAN Eng. Hasilnya, tim kami berhasil lolos dalam kategori PKM Karsa Cipta dan menjadi salah satu finalis di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2024.
Solusi yang kami kembangkan adalah sebuah prototipe bernama AETHER, yaitu filter cerobong industri pintar berbasis IoT yang menggunakan ekstrak tanaman Jatropha multifida Linn sebagai bahan utama. Ekstrak tanaman ini diolah dan diimpregnasi dalam zeolit dan arang aktif sehingga menciptakan adsorben alami yang mampu menyerap polutan-polutan berbahaya. Proses filtrasi pada AETHER dibantu dengan teknologi IoT yang memungkinkan pemantauan kualitas udara secara real-time. Selain itu, sistem ini juga terintegrasi dengan kecerdasan buatan yang mampu memprediksi kapan filter perlu diganti sehingga proses pemeliharaan menjadi lebih efisien.
Hasil uji coba prototipe menunjukkan bahwa AETHER mampu menyaring hingga 96% karbon monoksida (CO), 60% sulfur dioksida (SO₂), dan 48% nitrogen dioksida (NO₂). Hal ini menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mengurangi polutan berbahaya dari cerobong industri. Kami percaya bahwa inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga ekonomis dan dapat diaplikasikan di berbagai industri, mulai dari skala kecil hingga besar.
Kami berharap bahwa AETHER dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya mengurangi polusi udara dari sektor industri di Indonesia. Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang melimpah di Indonesia dan mengintegrasikan teknologi modern seperti IoT dan AI, kami yakin inovasi ini dapat menjadi solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, kami juga berharap bahwa inovasi ini dapat diadopsi oleh lebih banyak industri di masa depan sehingga udara yang kita hirup menjadi lebih bersih dan kualitas hidup masyarakat meningkat. Partisipasi kami di PIMNAS 2024 menjadi langkah awal untuk memperkenalkan AETHER kepada dunia industri dan kami optimis bahwa solusi ini dapat memberikan dampak positif yang besar bagi lingkungan dan kesehatan. (Edi Mustofa Yulianto, Disunting oleh Humas FT: Taufik Rosyidi)