Rabu, 19 November 2025—Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) menerima kunjungan Dr. (H.C.) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Menko Airlangga mengisi Grafika Talkshow di Auditorium SGLC FT UGM dengan tema “Hilirisasi, Percepatan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja.” Acara ini menjadi ruang dialog penting antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk membahas arah pembangunan ekonomi Indonesia di tengah percepatan transformasi global.
“Ada tiga pemain utama dalam industri yang tidak dapat dipisahkan, yaitu perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Identifikasi nikel menjadi andalan hilirisasi Indonesia dan ekosistem nikel mendapatkan perhatian dunia,” ujar Menko Airlangga memulai talkshow tersebut (19/11/2025).
Tiga Titipan Presiden untuk UGM: Keahlian Welder, Magang, dan Fasilitas Super Tax Deduction
Sebelum memulai pemaparannya, Menko Airlangga menyampaikan tiga amanat penting Presiden kepada UGM sebagai pusat pengembangan SDM dan teknologi.
Menko Airlangga memaparkan bahwa kebutuhan tenaga kerja terampil dunia—mulai dari Eropa, Jepang, hingga Korea—sangat tinggi, terutama untuk profesi welder, insinyur, dan pengembang perangkat lunak.
“Gaji paling tinggi itu justru welder (dalam konteks industri di Jepang),” tegasnya, mengingatkan bahwa keahlian tersebut sangat dibutuhkan industri global (19/11/2025).
Menko Airlangga menyebutkan bahwa pemerintah menargetkan pelatihan 100.000 welder, tetapi kapasitas balai pelatihan pemerintah baru mencapai 20.000 orang. Sisanya, 80.000 peserta, harus melibatkan politeknik, SMK, dan universitas. Menko Airlangga mengajak UGM, terutama unit vokasi, untuk memperkuat aliansi perguruan tinggi agar dapat berkontribusi dalam pemenuhan target tersebut.
Titipan kedua adalah perluasan program magang satu tahun untuk lulusan perguruan tinggi di perusahaan swasta, BUMN, hingga kementerian/lembaga. Tahun ini sudah diluncurkan 20.000 peserta magang enam bulan dengan gaji setara upah minimum yang dibayar pemerintah. Tahun depan targetnya meningkat menjadi 100.000 peserta. Harapannya, setelah periode magang, peserta dapat langsung terserap oleh industri.
Titipan ketiga berkaitan dengan hilirisasi riset. Pemerintah menyediakan fasilitas super tax deduction bagi kolaborasi riset kampus–industri. Lebih jauh, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa pemerintah juga baru mengesahkan kredit berbasis intellectual property (IP). Inovasi yang memiliki paten dapat dijadikan jaminan pinjaman bank. Tahun depan, KUR berbasis IP dialokasikan sebesar 10 triliun rupiah. Melalui kebijakan ini, Menko Airlangga berharap inovasi kampus tidak berhenti pada level prototipe, tetapi naik ke tahap produksi dan komersialisasi.
Tantangan Middle Income Trap dan Arah Kebijakan Ekonomi ke Depan
Menko Airlangga menegaskan bahwa Indonesia harus segera keluar dari stagnasi pertumbuhan ekonomi 5% yang telah bertahan selama tujuh tahun terakhir. Untuk melepaskan diri dari kondisi tersebut, Indonesia membutuhkan inovasi yang ditopang oleh terobosan kebijakan. Ia menambahkan bahwa Presiden menargetkan pertumbuhan 8%, sebuah angka yang tidak mungkin dicapai jika pemerintah hanya menjalankan business as usual.
Presiden telah menetapkan tiga agenda prioritas: pertama, swasembada pangan, energi, dan air sebagai fondasi kedaulatan ekonomi; kedua, pengembangan ekonomi biru dan ekonomi hijau; dan ketiga, percepatan investasi pada sektor hilirisasi industri, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
Di antara sektor-sektor tersebut, pariwisata disebut sebagai quick win dalam peningkatan devisa negara. Menko Airlangga menyoroti potensi Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulon Progo yang berkapasitas 20 juta penumpang per tahun, tetapi baru mengangkut ±4 juta penumpang. Menurutnya, pengembangan atraksi wisata seperti Borobudur dan pariwisata regional perlu terus didorong agar infrastruktur tidak underutilized.
“Sebagai contoh, kontribusi wisatawan Australia di Bali yang rata-rata berkunjung 1,5 kali per tahun dengan pengeluaran 4.000 dolar AS, menghasilkan devisa hingga 8 miliar dolar AS,” jelas Menko Airlangga (19/11/2025).
Hilirisasi sebagai Mesin Pertumbuhan Baru
Dalam talkshow tersebut, Menko Airlangga juga menekankan perlunya pergeseran dari ketergantungan pada sumber daya alam (SDA) menuju penguatan sumber daya manusia (SDM). Ia menegaskan bahwa kualitas SDM menjadi prasyarat utama keberhasilan hilirisasi, karena hanya melalui tenaga ahli yang mumpuni Indonesia dapat memaksimalkan nilai tambah SDA sekaligus mendorong inovasi industri.
“Hari ini saya berada di kampus UGM, salah satu pabrik SDM-nya Indonesia. Saya berharap UGM kembali memperkuat SDM di bidang sains, teknologi, dan matematika. Fakultas Teknik sangat tepat untuk itu,” ujar Menko Airlangga .
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa potensi sterilisasi dan hilirisasi sumber daya alam Indonesia sangat besar, mulai dari batubara, nikel, bauksit, hingga tembaga. “Nilai tambah dari mineral dan batubara saja dapat mendekati 500 miliar dolar,” ungkapnya (19/11/2025).
Namun, rantai nilai hilirisasi di beberapa sektor masih belum lengkap, salah satunya industri kabel. Padahal, kebutuhan kabel akan melonjak seiring pengembangan ASEAN transmission grid, yang menargetkan interkoneksi sistem kelistrikan antarnegara ASEAN dan antar-pulau di Indonesia.
“Tidak mungkin ada transmisi tanpa kabel,” tegas Airlangga, seraya menyoroti bahwa Indonesia sebenarnya sudah memiliki seluruh bahan baku—mulai dari copper ore hingga katoda—tetapi belum menguasai produksi kabel sebagai produk hilirnya.
Selain itu, peluang hilirisasi lain yang disebutkan oleh Menko Airlangga adalah pengolahan nikel menjadi baterai, yang kini telah melibatkan sejumlah pemain besar seperti CM, serta pengembangan industri semikonduktor sebagai fondasi penting bagi ekonomi digital masa depan.
Dalam dialog yang berlangsung kritis tersebut, Menko Airlangga menegaskan bahwa kecepatan adaptasi dan keberanian mengambil keputusan adalah kunci. Indonesia harus memperkuat SDM, teknologi, serta hilirisasi agar mampu bersaing dalam ekonomi global yang dinamis.
Penulis: Radaeva Errisya
