Prof. Dr. Eng. Deendarlianto merupakan salah satu guru besar dari Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri, Fakultas Teknik UGM. Beliau menekuni bidang teknik mesin dari sarjana hingga post doctoral. Dalam ilmu teknik mesin terdapat banyak cabang keilmuan yang dapat dipelajari, seperti manufaktur, mekanika terapan, material, dan energi. Dalam penelitiannya, Prof. Deen memiliki fokus penelitian yang sangat menarik yaitu microbubble yang merupakan ilmu mekanika fluida dalam kelompok energi.
Gelembung berukuran mikro yang mungkin tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang, di tangan Prof. Deen ternyata dapat ditemukan banyak pengaruh, ilmu, dan manfaat. Ilmu ini di dunia internasional dipelajari dengan serius karena reaktor nuklir dan alat-alat perpindahan panas memiliki keterkaitan yang erat dengan gelembung. Selain itu, microbubble ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan gelembung konvensional, seperti area kontak gas-cair lebih luas dan kecepatan kenaikan yang sangat lambat sehingga gelembung bertahan lebih lama di dalam cairan. Salah satu paten yang dimiliki Prof. Deen tentang gelembung mikro yaitu alatnya yang sudah digunakan oleh masyarakat yaitu micro-bubble generator (MBG).
Riset dasar dari MBG ini dapat dihilirasi menjadi riset terapan yang digunakan untuk pengolahan limbah, pengolahan air sampah (lindi), dan perikanan. MBG ini sudah cukup familiar untuk bidang perikanan karena manfaatnya yang luar biasa, seperti produksi ikan lebih cepat 28 hari, lebih besar 30%, lebih panjang 20%, dan ikan yang mati berkurang 12%. Selain itu, penerapan lainnya yang tidak kalah menarik yaitu pada pengolahan limbah cair.
Penerapan MBG pada pengolahan limbah cair dimulai dari Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Alat yang digunakan dinamakan HIDROKALVABIO. Kepulauan seribu merupakan destinasi wisata kepulauan kecil yang terletak di laut utara Jakarta, letaknya itu yang mendorong adanya pengolahan air limbah yang lebih komprehensif. Air limbah yang diproduksi dari kegiatan masyarakat dan pariwisata tidak bisa sembarang dibuang ke badan air karena dapat mencemari laut sekitarnya. Jika laut sekitar kepulauan tersebut tercemar, hal itu akan berpengaruh pada pariwisata dan ekonomi masyarakat sekitar.
Pengolahan air limbah ini mendukung program SDGs terutama untuk poin ke-6 (air berih dan sanitasi layak), ke-8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), ke-11 (kota dan pemukiman yang berkelanjutan), dan ke-13 (penanganan perubahan iklim). (Humas FT/wawancara Prof. Deendarlianto 19 April 2024)