Nang … ning … neng … gung …
Apabila kita berada di dalam gedung Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, bisa jadi kita akan berkesempatan mendengar suara tabuhan gamelan yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Itulah bunyi yang dihasilkan oleh gamelan elektronik, Gameltron, oleh Tim Peneliti dengan penggawa Ir. Addin Suwastono, S.T., M.Eng., IPM., salah satu dosen DTETI FT UGM.
Gameltron ini merupakan Gameltron generasi kedua dari kreasi dari Prof. Adhi Susanto, M. Sc., Ph. D., Guru Besar Emeritus DTETI FT UGM, pada sekitar tahun 1970. Kini, menjelang dua tahun sejak berpulangnya Prof. Adhi Susanto pada Januari 2022, hasil kreasi peninggalan beliau tersebut sedang disiapkan dalam wujud baru sebagai generasi selanjutnya dari Gameltron dengan nama sama.
Addin Suwastono menjelaskan perbedaan utama antara Gameltron yang dulu dengan yang sekarang sedang dikembangkan. Perbedaan tersebut terletak pada bentuknya. Sebelumnya, hasil karya Prof. Adhi Susanto berbentuk menyerupai keyboard yang terbuat dari kayu. Bentuk yang ukurannya relatif lebih kecil tersebut bisa menghasilkan suara yang sama dengan suara gamelan sebelumnya. “Sayangnya, Gameltron tersebut sekarang sudah tidak dalam kondisi yang bisa dimainkan lagi,” ujar Addin.
Dibandingkan dengan Gameltron Prof. Adhi tersebut, Gameltron kreasi Addin dan Tim Peneliti DTETI ini dibuat menyerupai gamelan aslinya baik dari bentuk dan ukuran, hanya saja bahannya yang berbeda. Bahan untuk rancangan Gameltron kreasi Addin sementara dibuat dengan rotan terlebih dahulu, tetapi tidak menutup kemungkinan dibuat lagi dengan bahan lain, tentu dengan biaya produksi yang tetap murah.
Keputusan ini diambil dari keresahan Addin dan tim terhadap penelitian-penelitian mengenai gamelan elektronik. “Dalam penemuan kami, banyak inovasi gamelan elektronik yang sayangnya justru mengubah bentuk gamelan asli. Misalnya menjadi menyerupai tablet atau bentuk lain. Cara mainnya pun juga berbeda, jadi dipencet-pencet,” ujarnya. Ciri khas dari Gameltron Generasi Ke-2 ini adalah dimainkan dengan cara tetap ditabuh dan dengan posisi duduk seperti memainkan gamelan asli. “Kami tetap ingin mempertahankan pengalaman bermain gamelan. Bukan ingin mendisrupsinya,” demikian tegasnya.
Terdapat tiga bagian dalam Gameltron kreasi Addin dan tim. Pertama, controller atau trigger, merujuk pada gamelan fisik yang nantinya akan ditabuh oleh pemain menggunakan penabuh gamelan. Kedua, sound module, yakni perangkat yang berfungsi untuk merekam, menghasilkan, dan memanipulasi suara untuk dikelola dalam berbagai bentuk. Ketiga, speaker amplifier, untuk meningkatkan dan memperkuat sinyal suara dari sound module untuk menghasilkan suara yang dapat didengar dengan jelas.
Bentuk fisik dari Gameltron tersebut dapat ditemukan pada Lantai 2 DTETI. Rencananya, Gameltron ini akan diluncurkan sebagai rangkaian dari Lustrum XII DTETI FT UGM pada Sabtu (18/11) mendatang dalam Reuni Akbar.
Dosen-dosen lainnya yang dilibatkan dalam Tim Peneliti yakni Dr.Eng. Silmi Fauziati, S.T., M.T.; Prof. Dr. Ir. Risanuri Hidayat, M.Sc., IPM.; Ir. Eka Firmansyah, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM.; dan Enas Dhuhri Kusuma, S.T., M.Eng. Selain itu, Tim Peneliti DTETI dalam pengerjaan Gameltron Generasi Ke-2 ini mengajak total 19 mahasiswa untuk turut serta. Pihak luar pun tidak ketinggalan ikut andil berkolaborasi, di antaranya Dr.Eng. Agustinus Winarno, S.T., M.Eng., Industrial Product Design and Development Sekolah Vokasi UGM dan Ibu Suherjan, pemilik gamelan ageng Kiyai Suherjan Gedongkiwo Yogyakarta. (RAS)