FT-UGM. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk diterapkan di Indonesia, terutama untuk pemantauan kualitas lingkungan, pengelolaan kebisingan di ekosistem buatan seperti perkotaan, serta mendukung penelitian lingkungan lebih lanjut.
Pada Kamis, 17 Oktober 2024 di Hutan Pendidikan Wanagama, tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dipimpin oleh Ir. Sentagi Sesotya Utami, S.T., M.Sc., Ph.D., IPU., dari Teknik Fisika, Fakultas Teknik, berhasil memasang alat monitoring bioakustik untuk menilai kualitas lingkungan. Pemasangan ini merupakan bagian dari Program Kolaborasi Penelitian Strategis (KATALIS) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini melibatkan kolaborasi antara UGM, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam proyek ini, tim UGM fokus pada analisis suara lingkungan (bioakustik), ITB bertanggung jawab mengembangkan sistem prediksi lingkungan suara (soundscape) dengan akurasi tinggi, sementara UMY mengembangkan platform pemantauan yang mencakup perangkat keras dan lunak untuk melakukan monitoring suara secara real-time.
Sentagi menjelaskan bahwa penelitian ini berawal dari kondisi lingkungan di era antroposen, di mana banyak ekosistem alami telah berubah menjadi ekosistem buatan. Menurutnya, perubahan ini berdampak pada lingkungan suara yang dihasilkan. Suara lingkungan sangat penting karena dapat memberikan informasi tentang kondisi ekosistem. Dengan adanya perubahan lanskap dan pertumbuhan ekosistem buatan, penting untuk memantau dan mengevaluasi kualitas lingkungan tersebut, terutama melalui analisis suara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tren ekologi, memprediksi penurunan spesies, hingga risiko kepunahan, dan bisa menjadi dasar bagi pengelolaan suatu kawasan ekosistem.
Anugrah, seorang pakar soundscape, menambahkan bahwa penelitian ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga untuk memahami persepsi manusia sebagai penghuni ekosistem. Evaluasi lingkungan sering kali dilakukan secara subjektif, di mana responden datang ke lokasi dan menilai kondisi lingkungan berdasarkan persepsi mereka. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memperkirakan persepsi manusia terhadap lingkungan, tidak hanya terkait kenyamanan, tetapi juga aspek-aspek persepsi lainnya.
Winny dengan latar belakangnya mengerjakan teknologi Internet of Things (IoT) menjelaskan bahwa alat bioakustik ini dirancang untuk melakukan penilaian kualitas lingkungan secara real-time pada ekosistem buatan. Alat tersebut dipasang di lokasi yang diinginkan, dilengkapi dengan sistem perekaman dan konektivitas yang memungkinkan data suara yang terekam dikirim langsung ke cloud. Teknologi ini dilengkapi dengan panel surya untuk memastikan alat dapat terus berfungsi dengan manajemen daya yang efisien. Data yang telah terekam kemudian dikirim ke server untuk diolah lebih lanjut, dan hasilnya dapat diakses melalui dashboard.
Ke depannya, tim berharap untuk mengembangkan platform yang lebih canggih dengan kecerdasan buatan (AI) untuk mengkategorikan berbagai sumber bunyi, termasuk bunyi biologis (biofoni), bunyi manusia (antropofoni), dan bunyi alam (geofoni). Mereka juga berencana menampilkan informasi tambahan seperti indeks bioakustik di kawasan tertentu serta klasifikasi spesies menggunakan pendekatan biologi.
Menurut Anugrah, teknologi ini memiliki potensi besar untuk diterapkan di Indonesia, terutama untuk pemantauan kualitas lingkungan, pengelolaan kebisingan di ekosistem buatan seperti perkotaan, serta mendukung penelitian lingkungan lebih lanjut. Apabila sistem prediksi yang sedang dikembangkan berhasil, data ini dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan untuk menetapkan batasan kualitas lingkungan yang sesuai.
Tim peneliti berharap agar hasil penelitian mereka tidak hanya berhenti pada tahap publikasi ilmiah dan prototipe teknologi, tetapi juga dapat didukung oleh pemangku kepentingan terkait sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas ekosistem di Indonesia melalui riset berbasis akustik.
Adapun, penelitian ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama poin 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), 15 (Kehidupan di Darat), dan 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), serta mendukung mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan ekosistem sesuai dengan poin 13. (Sumber artikel : Dosen UGM Ketuai Program Penelitian Kolaborasi dalam Rangka Pemantauan Kualitas Lingkungan Menggunakan Teknologi Monitoring Bioakustik)