Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada menerima penjajakan kerja sama dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah PWNU DIY pada 1 Desember 2025 di Gedung SGLC sebagai langkah awal membangun kolaborasi teknis berbasis keilmuan teknik. Pertemuan ini mempertemukan pimpinan FT UGM, termasuk Dekan, para manajer layanan kolaborasi, dan akademisi terkait, dengan jajaran pengurus RMI PWNU untuk merumuskan peluang kemitraan yang bermanfaat bagi penguatan fasilitas dan tata kelola pesantren.
Dalam sesi pembukaan, Dekan FT UGM, Prof. Selo, menyampaikan bahwa fakultas siap berbagi keahlian dan pengalaman untuk mendukung pengembangan lingkungan pesantren yang aman, kuat, efisien, dan berkelanjutan. Ia menjelaskan bahwa FT UGM mengelola lebih dari 9.500 mahasiswa, sekitar 400 dosen, serta 42 program studi yang memiliki kompetensi relevan seperti Teknik Sipil, Arsitektur, Perencanaan Wilayah dan Kota, hingga Geologi. Ia juga menegaskan bahwa FT UGM memiliki kapasitas melalui Layanan Kerja Sama Fakultas Teknik (LKFT), yang menangani proyek konsultasi dan kajian teknis setiap bulan. “Kami terbuka bermitra dan senang jika bisa saling mengisi serta belajar bersama,” ujar Dekan.
Dari pihak RMI PWNU, KH. Nilzam Yahya menyampaikan apresiasi atas penerimaan FT UGM dan menjelaskan kebutuhan pesantren dalam pembenahan infrastruktur. Ia menyoroti tantangan bangunan pesantren yang memerlukan peremajaan, mulai dari struktur yang belum kuat, efisiensi energi yang masih minim, hingga permasalahan dasar seperti saluran mampet dan instalasi listrik. Ia berharap kolaborasi ini dapat menghadirkan solusi teknis yang terjangkau dan sesuai kebutuhan lapangan. Ia menambahkan bahwa pesantren saat ini mengutamakan konsep zero waste dan mulai bertransformasi dengan berbagai keterbatasan sumber daya.
Dukungan tambahan datang dari Dr. Ashar Saputra, yang menegaskan bahwa perbaikan pesantren adalah pekerjaan besar dan memerlukan model kolaborasi yang terstruktur. Ia menjelaskan bahwa isu ini telah dibahas dengan kementerian terkait, namun masih memerlukan pendekatan yang lebih tajam dari akademisi. Ia mengusulkan adanya pilot project sebagai titik awal agar mahasiswa dan dosen dapat terlibat melalui riset, tugas besar, hingga KKN tematik. “Ini peluang kontribusi nyata dari kampus,” tegasnya.
Para perwakilan RMI PWNU juga membuka ruang kolaborasi jangka panjang dalam bentuk pendampingan, evaluasi struktur bangunan, serta desain arsitektur yang ramah lingkungan dan hemat energi. Pertemuan ditutup dengan kesepahaman bahwa kerja sama dapat ditindaklanjuti dalam bentuk MoU dan kemitraan teknis yang lebih sistematis pada tahun 2026.
Pertemuan ini menunjukkan komitmen FT UGM untuk berperan aktif dalam pengabdian masyarakat, memperkuat ketahanan bangunan publik, mendukung lingkungan belajar yang aman, dan memperluas kolaborasi strategis lintas lembaga—nilai-nilai yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan dalam konteks pendidikan, infrastruktur, dan kemitraan sosial. (Tim Humas FT UGM)