Di tengah dominasi industri kemasan yang masih bergantung pada plastik berbasis minyak bumi, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memilih untuk menantang status quo melalui inovasi CocoWrap—kemasan pelindung ramah lingkungan berbahan selulosa sabut kelapa, beeswax, dan polyvinyl alcohol (PVA). Inovasi ini bukan sekadar alternatif bubble wrap konvensional, melainkan solusi konkret untuk membangun rantai pasok berbasis sumber daya lokal.
Tim lintas disiplin ini terdiri dari I Komang Gopal Davinsi dan Muhammad Rifqi (Teknik Industri), Kavina Nitiakevala Akbari (Farmasi), Umi Muthoharoh (Akuntansi), serta Lidya Rahmadhani (Teknologi Industri Pertanian). Mereka dibimbing oleh Ir. Sinta Rahmawidya Sulistyo, S.T., MSIE., IPM dari Departemen Teknik Industri. Melalui dukungan pendanaan Simbelmawa dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC), tim ini berupaya menjawab tantangan nasional terkait ketergantungan terhadap plastik sekaligus meningkatkan nilai tambah limbah sabut kelapa yang melimpah di Yogyakarta.
“Isu lingkungan adalah sinyal pasar, bukan sekadar isu moral,” ujar Muhammad Rifqi, anggota tim bagian research and development. “Kami melihat adanya celah besar antara regulasi pemerintah dan solusi yang benar-benar viable secara komersial. CocoWrap berusaha menutup celah itu,” tambahnya.
Berdasarkan data Volza, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia sebagai pembeli terbesar produk pelindung kemasan bergelembung, namun tidak termasuk dalam sepuluh besar negara penyuplai. Ketimpangan ini menandakan adanya asimetri struktural dalam rantai pasok domestik—permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi lokal masih terbatas. Fenomena ini menjadi peluang strategis bagi pengembangan produk alternatif berbasis sumber daya alam lokal, terutama dari limbah pertanian seperti sabut kelapa.
Berangkat dari realitas tersebut, CocoWrap hadir sebagai solusi berbasis ekonomi sirkular. Dengan menggandeng mitra UMKM pemasok sabut kelapa di Yogyakarta, tim ini tidak hanya fokus pada aspek teknis material, tetapi juga pada pemberdayaan ekosistem usaha kecil dan menengah. Model bisnis CocoWrap mengintegrasikan aspek keberlanjutan lingkungan, inklusi ekonomi, dan efisiensi rantai pasok melalui dua jalur utama: business to customer (B2C) dan business to business (B2B)—dua segmen yang paling banyak menggunakan bubble wrap.
Dikembangkan dari laboratorium Teknologi Industri Pertanian UGM, proyek ini berhasil memadukan pendekatan ilmiah dan kewirausahaan. Tim merancang sistem produksi yang agile dan lean, memungkinkan skala produksi yang adaptif terhadap kebutuhan pasar tanpa mengorbankan keberlanjutan. Pendanaan Simbelmawa tidak hanya berfungsi sebagai dukungan awal, tetapi juga akselerator strategis untuk menguji kelayakan pasar dan mempercepat adopsi teknologi hijau di sektor pengemasan.
Lebih dari sekadar proyek akademik, CocoWrap mencerminkan perubahan paradigma menuju inovasi berbasis nilai lokal dan kesadaran ekologis. Dengan pendekatan lintas disiplin, mahasiswa UGM ini menunjukkan bahwa inovasi berkelanjutan tidak hanya tentang mengganti bahan, tetapi juga tentang mengubah sistem produksi dan pola pikir industri menuju masa depan yang lebih hijau dan mandiri.
Tulisan dan Dokumentasi: Tim PKM-K 2025: CocoWrap
Sunting: Radaeva Errisya
Anggota Tim:
1. I Komang Gopal Davinsi (Teknik Industri),
2. Muhammad Rifqi (Teknik Industri), Kavina Nitiakevala Akbari (Farmasi),
3. Umi Muthoharoh (Akuntansi), dan
4. Lidya Rahmadhani (Teknologi Industri Pertanian)
Dosen Pembimbing: Ir. Sinta Rahmawidya Sulistyo, S.T., MSIE., IPM