Dalam menjalani hidup, stres pasti pernah dialami oleh manusia. Alasannya beragam, bisa jadi tugas yang terlampau banyak atau mungkin dihadapkan atasan yang menyebalkan. Menyedihkannya, ketika seseorang memiliki terlalu banyak pikiran di kepalanya, ia tidak memiliki tempat untuk bercerita dan meluapkan air mata. Pasti hampa rasanya.
Peka terhadap hal tersebut, Fakultas Teknik mengadakan sebuah acara bertajuk Mentalitech Engineering: Mental Gear Up pada 24 Oktober kemarin. Tujuannya sudah jelas, yakni ajang refreshing, melepaskan penat, dan meluapkan kesah bagi seluruh Sivitas Teknik UGM. Gongnya, Fakultas Teknik juga merilis tempat keluh kesah bagi warga Jl. Grafika No.2 yang dapat dihubungi 24/7 bernama Teman Bercerita.
Bertempat di Selasar Gedung Prof. Roosseno SGLC, layanan tersebut resmi dirilis kemarin (24/10). Pada saat perilisan, Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Sugeng Sapto Surjono, berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menciptakan platform ini. “Ini adalah salah satu media yang kita sediakan bagi Sivitas Teknik UGM untuk melimpahkan curahan hatinya melalui media ini dan memenuhi layanan kesehatan mental bagi semua,” jelasnya.
Teman Bercerita menyediakan sendiri menyediakan 2 psikolog, 5 psikolog muda dari Fakultas Psikologi, dan 16 peer counselor dari Fakultas Teknik. Dengan demikian, kita tidak perlu khawatir saat bercerita karena masing-masing sudah terlatih dan mengetahui etika psikolog. “Kita akan berkomitmen menjaga kerahasiaan. Untuk itu, sistem yang kami gunakan sudah sangat anonim sehingga klien bisa nyaman untuk melanjutkan sesi konsultasi,” tegas Psikolog Teknik, Dina Wahida, S.Psi, M.Psi.
Penulis juga turut hadir dalam acara tersebut, merekam satu persatu kejadian dari dimulainya acara sampai Teman Bercerita dirilis sebagai tanda kegiatan akan berakhir. Berbagai booth dibuka dari pukul 09.00 sampai 13.00. Booth-booth tersebut memiliki urutan tersendiri yang disusun sedemikian rupa oleh panitia agar peserta bisa mendapatkan pengalaman yang nyaman.
Awalnya, penulis diminta untuk presensi terlebih dahulu, kemudian melakukan mood checking dengan menulis apa yang kita rasakan di sebuah papan tulis sebagai tempat pemberhentian pertama. Selanjutnya, kita diminta untuk menggoreskan spidol ke papan tulis lagi dengan tujuan mengekspresikan hal-hal yang saat ini membuat kita khawatir. Setelah melepaskan hal-hal yang berat, seorang teman sudah siap untuk diajak merefleksi berbagai perasaan kita akhir-akhir ini dan memberikan kalimat afirmasi menyenangkan. Untuk mengakhiri berbagai kegiatan tersebut, penulis diajak bersenang-senang dengan melukis gerabah dan meronce gelang.
Penulis berharap, Teman Bercerita bisa efektif dan benar-benar menjadi tempat bagi seseorang berbagi senang sedih kehidupan. Penulis juga mengapresiasi siapa pun yang terlibat terciptanya layanan ini, mulai dari tendik, psikolog, sampai peer counselor. (Humas FT: Taufik Rosyidi)