FT-UGM-Pengabdian Masyarakat 2023. Dataran Tinggi Dieng dianugerahi potensi alam dan kekayaan sejarah peradaban yang ditopang oleh kondisi geologinya yang berupa kompleks gunung api. Energi panas bumi adalah salah satu kekayaan alam unggulan. Energinya diekstraksi menjadi pembangkit listrik dan manifestasinya di permukaan seperti mataair panas, kolam lumpur yang bergejolak, kepulan uap dari tebing-tebing telah menjadi magnet kunjungan wisata.
Kondisi alam yang indah itu terancam mengalami kerusakan akibat ekploitasi destinasi wisata. Hal tersebut mendorong dilaksanakan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk memberikan wawasan tentang geologi, potensi panas bumi, kebencanaan dan pelestarian lingkungan melalui program model geowisata edukatif.
Beberapa paket wisata edukatif disusun pada pengabdian masyarakat. Paket wisata disesuaikan dengan minat dan ketersediaan waktu pengunjung. Konten paket wisata dapat dipelajari dengan mudah oleh pengunjung, pelaku usaha pariwisata, maupun masyarakat lokal.
Beberapa fokus utama muatan edukasi mencakup faktor geologi dalam peradaban di Dataran Tinggi Dieng, keindahan landskap panas bumi sebagai aset pariwisata dan sarana belajar tentang panas bumi, sejarah kebencanaan di Dieng wawasan keselamatan beraktivitas di daerah vulkanik/hidrotermal, serta pemanfaatan produk samping panas bumi sebagai solusi dalam pertanian berwawasan lingkungan.
GEOLOGI
Bentang alam dan kondisi geologi Dataran Tinggi Dieng yang kita lihat saat ini dihasilkan dari proses geologi yang telah berlangsung selama puluhan juta tahun. Dataran Tinggi Dieng adalah kompleks gunung api yang terdiri dari sejumlah kerucut gunung api dan kawah-kawah, kondisi geologi tersebut menghasilkan kelimpahan sumber daya alam seperti panorama indah, tanah subur, air, mineral dan batuan, dan energi panas bumi.
Kondisi geologi juga berkontribusi dalam pembangunan peradaban, misalnya lava andesit menjadi bahan bangunan candi, tangga batu (Ondho Budho), dan struktur perkuatan lereng (Watu Kelir) untuk mencegah longsor Sumber air (misalnya Tuk Bima Lukar) dilestarikan dengan menjadikannya sebagai petirtaan. Manifestasi panas bumi dianggap sebagai representasi dupa pembawa doa kepada Yang Maha Tinggi. Kesenian masyarakat petani mnengandung ajakan harmonisasi aktivitas manusia dengan alam. Pengetahuan/kearifan lokal tersebut mengingatkan bahwa geologi seharusnya dijadikan landasan dalam pengelolaan Dataran Tinggi Dieng.
PENGEMBANGAN PANAS BUMI
Dataran Tinggi Dieng dianugerahi dengan energi panas bumi yang telah menjadi obyek studi sejak tahun 1928 Keberadaan potensi panas bumi ditunjukan oleh kolam lumpur dan air panas, tanah beruap serta batuan terubah. Kunjungan ke manifestasi panas bumi yang dianggap sebagai keajaiban alam, perlu disertai muatan pengetahuan tentang sistem panas bumi. Banyaknya infrastruktur panas bumi yang dapat dilihat dari hampir semua area manifestasi memberikan kesempatan untuk memasukkan edukasi tentang potensi dan teknologi pemanfaatan panas bumi sebagai sumber tenaga listrik yang ramah lingungan.
WAWASAN KEBENCANAAN
Dataran Tinggi Dieng tidak lepas dari bencana geologi seperti banjir dan longsor yang berpotensi membahayakan kegiatan dan infrastruktur pariwisata. Nenek moyang telah mengajarkan mitigasi bencana antara lain dengan membangun Watu Kelir untuk mencegah longsor, dan memanfaatkan Terowongan Aswatama sebagai struktur alam pengelak banjir Pesan-pesan keselamatan beraktivitas di daerah hidrotermal tersirat dalam legenda-legenda Kawah Sikidang dan Kawah Sileri. Tembang-tembang rayat seprti “Sulasih Sulanjana” remuat ajaran bercocok tanam yang ramah lingkungan. Sayang sekali hal hal tersebut terkadang /uput dari penghayatan oleh para pemangku epentingan lokal
EDUKASI PENYELAMATAN LINGKUNGAN
Air panas dari sumur-sumur panas bumi di Dieng mengandung produk samping berupa silika dan unsur-unsur lain. Dembuatan pupuk alami dari limbah” panas bumi merupakan sebuah terobosan dalam pelestarian lingkungan (Utami dkk, 2022). Hal ini secara signifikan dapat mengurangi penggunaan pupuk kandang yang berbau tidak sedap, dan paparan pupuk dan pestisida kimia yang membahayakan kesehatan, mengakibatkan pendangkalan dan pencemaran telaga. Sebagaimana tersirat dalam tembang rakyat Sulasih Sulanjana, aksi bernuansa budaya ini berpotensi menjadi contoh edukasi penggerak kesejahteraan masyarakat yang berorientasi berkelanjutan di Dataran Tinggi Dieng
CONTOH PAKET GEOWISATA EDUKATIF
Beberapa lokasi wisata dapat dikaitkan dengan aspek edukatif, misalnya Gardu Pandang Tieng yang menyajikan morfologi kompleks gunung api dan busur gunung api, Tuk Bima Lukar tentang pembangunan berkelanjutan konservasi air dan legenda, Situs Watu Kelir tentang Pembangunan berkelnjutan mitigasi bencana longsor dan peninggalan peradaban abad ke-8.
Kemudian Telaga Warna dan Pengilon untuk belajar bentang alam vulkanik serta manifestasi panas bumi dan konservasi air permukaan, Kawah Sikidang dan PLTP skala kecil yang merupakan manifestasi panas bumi legenda bencana hidrotermal, pariwisata berwawasan keselamatan dan pemanfaatan energi panas bumi.
Telaga Sewiwi yang menunjukan konservasi air permukaan, pengaruh perubahan fungsi lahan dan aktivitas agrikultur.
Pengabdian masyarakat ini sebagai bentuk dukungan para peneliti di FT UGM dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, utamanya dalam mewujudkan pemukiman yang berkelanjutan (SDGs ke 11).
—
Penyusunan Model Geowisata Panas Bumi yang Berwawasan Lingkungan di Dataran Tinggi Dieng. Ketua tim : Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., IPM. (ditulis ulang oleh : Purwantara).
GEOWISATA PANAS BUMI DIENG