
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada kembali menambah guru besarnya setelah dikukuhkannya Prof. Dr.Eng. Ir. Herianto, S.T., M.Eng., IPU., ASEAN Eng. sebagai Guru Besar dalam bidang Sistem Manufaktur Aditif pada Kamis (20/6) di Balai Senat UGM. Dalam pidatonya, Prof. Herianto menyoroti pentingnya teknologi manufaktur aditif sebagai salah satu elemen utama dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0.
Dalam pidato yang ia sampaikan, dosen dari Departemen Teknik Mesin dan Industri tersebut memaparkan bagaimana manufaktur aditif, atau yang lebih dikenal sebagai teknologi pencetakan tiga dimensi (3D printing), telah mengubah cara produksi konvensional menjadi lebih efisien dan fleksibel. Ia menjelaskan alur dasar teknologi ini, dimulai dari pemodelan digital berbasis CAD hingga proses pencetakan melalui G-code yang dibaca oleh mesin cetak. Teknologi ini, menurutnya, bukan hanya sebuah inovasi, tetapi langkah strategis menuju kemandirian teknologi nasional.
Menurutnya, Fakultas Teknik UGM telah menjadi salah satu pionir dalam pengembangan teknologi 3D printing di Indonesia sejak tahun 2014. Salah satu wujud konkret dari pengembangan tersebut adalah terciptanya mesin cetak 3D lokal bernama HALTech yang dikembangkan pada tahun 2016. Inovasi tersebut turut mendukung berbagai penelitian, termasuk pengembangan alat bantu rehabilitasi untuk pasien stroke dan kebutuhan perangkat medis lainnya. Prof. Herianto menyampaikan bahwa UGM memiliki keunggulan karena telah memulai riset ini lebih awal dibanding banyak institusi lain.
Lebih lanjut, Prof. Herianto menyampaikan rencana kolaborasi lintas disiplin, terutama dengan Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi UGM, untuk memperluas pemanfaatan teknologi 3D printing di bidang medis. Pengembangan alat-alat simulasi seperti dental phantom, model anatomi, hingga perangkat pendukung tindakan medis merupakan beberapa bentuk kontribusi yang diharapkan lahir dari sinergi riset tersebut. Ia juga mendorong agar lembaga pendidikan tinggi mampu membangun ekosistem teknologi yang lebih terintegrasi dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Di akhir pidatonya, Prof. Herianto mengajak para peneliti muda dan pemangku kepentingan untuk terus membangun budaya riset yang kuat. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang tidak kalah dengan negara maju, selama ada kemauan, konsistensi, dan dukungan dari seluruh pihak. Ia pun menutup dengan harapan bahwa teknologi aditif dapat menjadi salah satu motor penggerak transformasi industri nasional ke depan. (Ditulis oleh Humas FT: Taufik Rosyidi)