Pekan Olahraga dan Seni Universitas Gadjah Mada (Porsenigama) selalu menjadi event adu gengsi antarfakultas tahunan yang menyisakan kisah tersendiri tiap edisinya. Tak ayal mereka membawa tagline “Lebih dari sekadar perlombaan” karena memang seperti itu kenyataannya. Selain para atlet dan seniman yang bertanding, suporter sebagai pemain ke–12 juga ikut adu gengsi melalui kreativitas—koreo maupun chants—dan suara lantang tiap pertandingan.
Dibuka dengan meriah pada 12 Oktober lalu, Porsenigama resmi ditutup dengan penampilan NDX A.K.A di Lapangan Pancasila, pada hari Minggu, 24 November lalu. Fakultas Teknik kembali membawa pulang Piala Umum Bergilir Porsenigama tahun ini. Dengan raihan tersebut, fakultas terbesar di UGM tersebut resmi menjadi Juara Umum 7 kali berturut-turut—mulai dari tahun 2018.
Cabang Taekwondo memulai keran medali bagi Fakultas Teknik dengan perolehan 2 medali emas, 3 perak, dan 4 perunggu. Di sisi lain, sepak bola menjadi cabor penyumbang medali terakhir dengan raihan medali perak setelah kalah dari Sekolah Pascasarjana 2-0 di pertandingan final. Setelah berkompetisi selama 43 hari, para Kesatria berhasil mengumpulkan 25 emas, 39 perak, dan 31 perunggu atau apabila dikonversi menjadi 5225 poin—100 poin untuk emas, 50 untuk perak, dan 25 untuk perunggu. Akan tetapi, poin tersebut harus dikurangi sebanyak 1 emas, 2 perunggu, dan 3 perak—menjadi 4925 poin—akibat adanya sanksi bagi FT setelah pertandingan final cabor Basket.
Sebenarnya, FT menduduki peringkat kedua sebulan selama Porseni dilaksanakan, kemudian ketika hampir mengungguli Sekolah Vokasi yang saat itu berada di puncak klasemen, FT malah mendapat sanksi sehingga harus bersabar dan menata jalan supaya titel juara umum bisa dibawa pulang kembali. “Jujur, aku awalnya sudah senang karena sebelum sanksi itu poinnya sudah tipis. Tapi, begitu ada pengurangan itu anak-anak teknik mulai mempertanyakan apakah dapat juara umum lagi. Untungnya di sisa cabang bisa borong banyak medali,” ujar Titan Rafata, Ketua Kontingen Teknik untuk Porsenigama 2024.
Dilansir dari laman Porsenigama, Sekolah Vokasi masih duduk nyaman di singgasana sampai Jumat, 15 November 2024 sebelum akhirnya berhasil diambil alih oleh Fakultas Teknik. “Sampe penentuan di minggu akhir (cabor tenis meja dan sepak bola) itu cukup deg-degan. Begitu bola teknik menang lawan vokasi langsung lega,” pungkas Titan.
Akhirnya, pada malam penutupan yang juga dimeriahkan oleh NDX A.K.A, FT resmi memboyong Piala Bergilir Juara Umum Porsenigama menuju Jalan Grafika. Tak berhenti di situ, Supersonik juga dinobatkan sebagai best suporter setelah berbagai kreativitas, jerih payah, dan suara lantang yang telah dikerahkan selama satu bulan lebih.
Perjalanan FT UGM menjadi juara umum tidaklah mudah. Meskipun sebagai fakultas besar, FT tetap harus berjuang dan menerapkan strategi dalam persiapan dan saat bertanding. Hadirnya pengurus saat kontingen FT bertanding menjadi suntikan energi bagi para pemain dan official.
Penulis juga turut menyumbang 2 medali perak melalui cabor Futsal dan Sepak bola di tahun terakhirnya mengikuti Porsenigama. Besar harapan penulis supaya Kontingen Teknik kembali menjadi Juara Umum dan best suporter di helatan Porsenigama 2025. Sekali lagi, selamat atas kerja kerasnya dan seluruh warga Teknik layak untuk merayakannya!
#Teknik7uaraLagi