World Economic Forum menyebut masyarakat dunia mulai melihat adanya kegagalan mitigasi perubahan iklim bencana alam atau cuaca ekstrem. Selain itu menipisnya sumber daya alam dan kerusakan lingkungan telah berdampak pada kehidupan manusia yang menurut perkiraan masih akan terus berlangsung sekitar 10 tahun ke depan.
Oleh karena itu, diperlukan transformasi dalam orientasi pembangunan terutama di Indonesia menuju megatrend dunia tahun 2045. Indonesia pun sudah memutuskan reorientasi visi pembangunan dalam visi 2045 salah satu poin yang ditekankan fokus riset bidang ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
“Salah satu target dari Indonesia kemudian adalah meningkatkan pengembangan riset dan inovasi menuju kemandirian teknologi,”ujar Dr. Didi Rustam, Pejabat Pembuat Komitmen Program Matching Fund Sekretariat Ditjen Diktiristek, saat memberi sambutan melalui daring kegiatan UGM Innovation Insight: Akselerasi Inovasi melalui Penguatan Kemitraan Stratejik yang digelar di Auditorium Fakultas Teknik, Gedung Smart Green Learning Center (SGLC), Kamis (25/1).
Kegiatan UGM Innovation Insight: Akselerasi Inovasi melalui Penguatan Kemitraan Stratejik digelar dalam rangka memperkuat sinergi mitra dengan perguruan tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI sekaligus evaluasi Program Pendanaan Penelitian dalam Program Kedaireka Matching Fund Tahun 2023 dan peluangnya di tahun 2024.
Didi Rustam menyampaikan Direktorat Pendidikan Tinggi Ristek setiap tahun menyiapkan dana dan diberi kepercayaan untuk mengelola dana dan melakukan percepatan inovasi dan teknologi melalui ujung tombak para inovator dan inventor di perguruan tinggi. Adapun bidang-bidang yang dikembangkan seputar green economy, blue economy, kemandirian kesehatan dan penguatan pariwisata.
Program Matching Fund fokus pada hilirisasi kepakaran dan produk inovasi. Sehingga hasil akhir yang diharapkan bisa berwujud produk kepakaran atau produk inovasi. Diharapkan dengan adanya program matching fund ini dapat mentriger dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan di Indonesia dan global.
“Program Matching Fund ini sudah memasuki tahun ketiga dan UGM diantara perguruan tinggi yang selalu memimpin dan terdepan dari sisi kontribusi terhadap jumlah proposal dan keberhasilan menggaet dana dari mitra,”katanya.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Prof. Dr. Supriyadi, M.Sc., menambahkan Program Matching Fund merupakan suatu program untuk mengakselerasi inovasi atau reka cipta berupa ide-ide brilian dari para dosen dan peneliti di lingkungan UGM untuk mendorong agar hasil-hasil penelitian dapat dihilirisasi, dan berdampak bagi masyarakat dan dunia akademik. Untuk itu program ini kemudian memfasilitasi untuk terjadinya kerja sama pentahelix antara perguruan tinggi melalui para peneliti dengan pemerintah/ pemerintah daerah dan dunia industri agar mampu berperan secara aktif untuk pengembangan penelitian dan hilirisasi hasil-hasil penelitian.
“Program dana padanan atau matching fund ini tentunya melibatkan paling tidak dua pihak satu pemerintah dan satunya pihak industri. Setiap satu rupiah yang dikeluarkan pemerintah diharapkan ada padanan dananya senilai satu rupiah juga dari dunia industri. Dengan ini tentunya program-program riset dapat dilakukan dengan baik dan dapat menghasilkan hasil penelitian yang kemudian memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia yang secara langsung bisa diimplementasikan di masyarakat maupun diimplementasikan melalui dunia usaha baik berupa satu produk atau layanan bagi masyarakat,” ucapnya.
Adapun tujuan diseminasi penelitian yang digelar UGM agar banyak kalangan memiliki pemahaman lebih baik terhadap kemauan terhadap riset kemudian melakukan inovasi, dan hal ini menjadi bagian dari penguatan networking atau jejaring antara perguruan tinggi, khususnya Universitas Gadjah Mada dengan dunia usaha dan dunia industri serta pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Secara spesifik hasil diseminasi Matching Fund 2023 disebutnya selain dapat mendiseminasikan hasil-hasil penelitian juga telah berhasil mendapatkan capaian sekaligus temuan penting dari penelitian.
“Disamping itu beberapa penelitian yang dilakukan memproyeksikan berbagai peluang kerja sama potensial, hilirisasi inovasi serta masukan dari hasil penelitian yang dilakukan,” terangnya.
Supriyadi menjelaskan Program Matching Fund sudah dimulai sejak 2022, dan di tahun 2023 memasuki pelaksanaan tahun kedua. Pada tahun pertama (2022) UGM berhasil mengajukan proposal disetujui paling banyak meskipun belum diikuti distribusi yang merata di fakultas-fakultas dan sekolah.
“Tercatat sekitar 15 fakultas dan sekolah sudah terlibat aktif turut menyiapkan memasukan proposal dan kemudian melaksanakan penelitian-penelitian,” jelasnya.
Di tahun berikutnya 2023 jumlah dana yang diperoleh UGM bukan yang terbanyak meski begitu UGM berhasil memperlihatkan beberapa hasil penelitian meraih prestasi dalam beberapa kategori. Diantaranya pemenang pertama ketogori perguruan tinggi dengan inovasi terbanyak, pemenang kedua di bidang green economi, dan pemenang ketiga dalam bidang kemandirian kesehatan.
“Kita terus melakukan sosialisasi di tahun 2024 dengan harapan banyak proposal yang nantinya diikutsertakan, sehingga bisa mendapatkan dana yang lebih banyak lagi. Sekali lagi dengan adanya program matching fund ini dengan pendanaannya menjadikan ide-ide riset, ide-ide penelitian dapat kita bantu untuk dikembangkan agar bisa menunjukkan hasil-hasil yang baik bagi kemajuan Universitas Gadjah Mada,” imbuhnya. (sumber web UGM)