Meningkatnya pertumbuhan penduduk mendorong pembangunan kawasan perkotaan yang lebih padat dengan bangunan bertingkat tinggi. Pertumbuhan ini selaras dengan meningkatnya jumlah bangunan berbasis beton yang diasumsikan sebagai bangunan yang memiliki struktur yang kuat dan tahan lama.
Salah satu dampak yang muncul adalah perubahan iklim, yang tentunya menjadi perhatian banyak pihak. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk merespon perubahan iklim dengan bangunan yang berkelanjutan, yakni dengan membuat konstruksi bangunan yang lebih ramah lingkungan. Bangunan menggunakan kayu berdampak lebih rendah pada perubahan iklim, dibanding bahan baja dan beton. Produksi bahan dari baja dan beton bersifat padat energi dan menyumbang sebagian besar emisi GRK.
Inovasi teknologi konstruksi bangunan menggunakan kayu seharusnya menjadi pertimbangan dalam perencanaan pembangunan gedung maupun perumahan. Untuk itu, perlu dilakukan lebih banyak penelitian dan diskusi sehingga menghasilkan standar protokol proteksi kayu yang lebih baik lagi.
Untuk lebih menggali berbagai best practice konstruksi bangunan menggunakan kayu, diselenggarakan seminar dan workshop “Best Practice Of Design And Construction Of High Rise Timber Buildings” di gedung SGLC FT UGM (14/10/2023),
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia pada sambutan pembukaan seminar menyampaikan bahwa acara ini merupakan sarana tepat untuk berbagi informasi tentang isu, khususnya teknologi kayu di level global. Pemahaman yang lebih baik terkait teknologi kayu untuk bangunan, serta rencana implementasi tindak lanjut yang lebih baik lagi. Rektor juga berharap, ada bentuk yang dapat meyakinkan masyarakat terkait pemanfaatan kayu untuk struktur bangunan tinggi.
Wakil Dekan Bidang Penelitian Fakultas Teknik UGM Dr. Ali Awaludin berharap kayu dapat lebih diakui di Indonesia, serta dapat dinikmati manfaatnya pada masyarakat luas. Wakil Dekan juga berharap di masa mendatang toko bangunan juga menjual produk kayu engineering. Penggunaan material kayu sebagai konstruksi bangunan dapat menjadi solusi bagi Indonesia yang merupakan daerah rawan gempa.
Industri kayu juga perlu dukungan dari kementerian, dalam bentuk kebijakan dan sertifikasi, agar dapat dijual dalam bentuk yang standar.
Direktur Jenderal Cipta Karya Ir. Diana Kusumastuti, M.T. pada pidato kuncinya mengulas sisi positif dari bangunan kayu. Pada bangunan 10 lantai dengan bahan kayu mampu menyerap 3.100 ton karbon, sedangkan bangunan beton justru mengeluarkan 1.200 ton karbon. Kayu juga mempunyai respon yang lebih baik pada suhu ekstrim, segi artistik dan nilai arsitekturnya lebih tinggi. Kayu yang direkayasa (engineered wood) juga memiliki kekuatan pada beban yang baik, sehingga cocok untuk aplikasi struktural.
Tantangan untuk menggunakan kayu sebagai material bangunan perlu diantisipasi. Masyarakat umum memiliki persepsi bahwa bangunan dengan material semen (non organik) merupakan material yang lebih kuat, tahan lama, dan lebih terjangkau. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman di masyarakat bahwa kayu juga merupakan material dengan kualitas yang sama dan memilki dampak yang lebih baik secara berkelanjutan. Hal ini juga perlu didukung dengan kebijakan penggunan kayu secara holistik.
Perlu dilakukan kajian untuk membuktikan, memastikan bahwa pemanfaatan material kayu memang rasional dan dapat diterima keunggulannya, di samping itu kekurangannya diantisipasi dengan teknologi.
Pada implementasi kayu, diperlukan pemahaman mendalam teknik konstruksi, keamanan, serta ketentuan yang berlaku. Penggunaan material kayu dalam konstruksi bangunan harus terus didorong agar kayu bisa dimanfaatkan oleh umum, didukung dengan hasil uji kekuatan terhadap kebakaran, uji tekan, dan juga uji tarik.
Dirjen Cipta Karya juga mendorong UGM untuk kolaborasi dengan berbagai pihak untuk membuka ruang kerja sama penelitian tentang konstruksi kayu, khususnya untuk bangunan tinggi.
“Investasi dalam teknologi riset, dan pengembangan bahan kayu dengan teknologi tinggi yang semakin meningkat ini akan menciptakan peluang ekonomi baru,” demikian tegas Ir. Diana Kusumastuti, M.T.
Sementara itu, sesi pameran dilakukan di plaza SGLC. Terdapat enam peserta pameran yang menyajikan berbagai teknologi terkini pada pengolahan kayu untuk konstruksi bangunan. Peserta pameran ini yaitu Henkel, Woodlam, Lightwood, Hub Rothoblaas, Hasslacher, dan Timber Solution. Peserta pameran ini juga memberikan materi pada sesi seminar dan talkshow. (Humas FT: Purwoko/Rina Satriani)