
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada 2024, tingkat literasi masyarakat Indonesia masih termasuk rendah. Dilihat dari persentasenya, anak-anak Indonesia yang memperoleh pembacaan buku atau dongeng dari orang tuanya hanya sebesar 17,21%, sedangkan aktivitas membaca dan belajar hanya di angka 11,12%. Dengan data yang demikian, tentu situasi darurat literasi bukanlah hal yang dapat disepelekan. Sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca, terutama di kalangan mahasiswa, Literacy Center (Perpustakaan) Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) UGM berkolaborasi dengan Yogyakarta Book Party mengadakan sebuah acara bertajuk PUSRENG (Perpustakaan Bareng) pada Minggu (27/04), bertempat Literacy Center DTMI UGM.
Ibnu, salah satu pengurus dari Yogyakarta Book Party, memberikan informasi bahwa PUSRENG adalah agenda khusus dari komunitas tersebut guna menormalisasi orang untuk datang ke perpustakaan. ”Kita mencoba untuk menghidupkan suasana perpustakaan, dengan di dalam perpustakaan itu kita bisa berdiskusi dan segala macam sehingga perpustakaan bisa lebih hidup,” ungkapnya.
Ibnu juga mengungkapkan bahwa agenda PUSRENG sebenarnya sudah direncanakan 2 bulan lalu setelah pihak Literacy Center DTMI melakukan kontak terlebih dahulu dengan Yogyakarta Book Party melalui Instagram. Namun karena bertepatan dengan renovasi Literacy Center, maka acara diundur dan baru dapat dilaksanakan sekarang. ”Kami memilih DTMI karena pertama posisinya berada di tengah-tengah Yogyakarta dan kami merasa bahwa ‘siapa sih yang tidak mau datang ke UGM?’ sehingga alhamdulillah sekarang partisipannya sangat antusias,” tambahnya.
Setelah acara dibuka oleh MC, para peserta yang datang dari berbagai kalangan—mulai dari mahasiswa DTMI sampai mahasiswa dari fakultas atau universitas, bahkan instansi lain—diajak oleh mahasiswa asisten Literacy Center untuk menengok koleksi buku dan board game yang ada di sana sebagai sebuah tur singkat. Setelah tur singkat selama 20 menit, peserta dipersilakan untuk melakukan silent reading selama 30 menit. Buku yang dibaca dalam sesi silent reading adalah buku-buku yang dibawa oleh peserta atau buku-buku yang dipinjam dari Literacy Center DTMI.
Usai sesi silent reading, peserta dibagi ke dalam 8 kelompok dengan masing-masing kelompok dipandu oleh 1 orang moderator dari Yogyakarta Book Party untuk melakukan diskusi mengenai buku dan isi buku yang telah dibaca. Sesi diskusi berjalan selama 1 jam, kemudian sejenak dihentikan bertepatan dengan waktu salat asar. Acara dilanjutkan kembali selepas salat asar dengan agenda permainan board game di dalam kelompok-kelompok yang telah dibagi saat awal acara. Sesi board game dipandu oleh mahasiswa asisten Literacy Center DTMI UGM untuk menjelaskan aturan main dari board game dan membantu peserta memahami alur permainan. PUSRENG kali ini ditutup dengan berfoto bersama.
Adhika Pramudhia Kirana (Teknik Mesin 2022) selaku asisten Literacy Center DTMI merasa terkesan atas pelaksanaan PUSRENG yang berjalan lancar. ”Saya sangat senang bisa ada kegiatan perdana kolaborasi seperti ini yang melibatkan banyak orang dan menghidupkan perpustakaan dengan kegiatan literasi,” tuturnya. Sebagai acara yang diadakan pertama kali, meski antusiasme partisipan cukup besar, tentu tidak terlepas dari hal-hal yang perlu ditingkatkan. Adit, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM yang menjadi partisipan PUSRENG merasa bahwa diskusi perlu dibuat lebih sistematis lagi. ”Diskusi dapat dibuat guideline dan temanya dibuat lebih fokus,” tuturnya.
Ibnu mengungkapkan bahwa kegiatan PUSRENG ini akan diadakan secara rutin selama 1 atau 2 kali dalam sebulan di tengah-tengah agenda rutin Yogyakarta Book Party berupa membaca bersama di ruang publik terbuka. ”Yogyakarta Book Party memiliki visi untuk menjadikan membaca buku sebagai budaya baru di masyarakat. Harapan kita, event seperti ini menjadi trigger untuk teman-teman senang membaca buku di rumah dan dapat menceritakan buku yang dibaca pekan depan, syukur-syukur nanti dia juga mengajak teman yang lain, sehingga bisa menjadi efek domino yang bagus bagi keberlangsungan literasi kita,” tuturnya.
Adhika berharap melalui kegiatan ini bisa memantik minat teman-teman mahasiswa untuk berkomunitas literasi dan membuat kegiatan serupa, serta menyatakan bahwa Literacy Center DTMI terbuka apabila Yogyakarta Book Party hendak melaksanakan kegiatan serupa sekitar 1—2 bulan sekali di sini. ”Semoga semakin ramai yang mau ikut terlibat dan menghidupkan budaya membaca kembali di perpustakaan,” pungkasnya. (Ditulis oleh Gusti Purbo Darpitojati, S.I.Kom.)