
“Jangan sampai—saat menjadi Sarjana—menyesal karena menjadi mahasiswa yang tidak aktif. Sebagai mahasiswa, apabila kamu sibuk dan kekurangan waktu, you are in a right track. Ambil rute yang kamu mau, bukan yang tampaknya nyaman,” jelas Anies Baswedan saat mengisi talk show pada Pionir Kesatria 2025.
Hari ini (07/08), Anies datang ke Fakultas Teknik untuk menyambut 1.739 Kesatria Muda sekaligus memberikan semangat dan petuah bagi mereka dalam mengarungi dunia kuliah. Menariknya, kehadiran Anies tidak diumumkan sejak awal. Maka begitu namanya disebut dan ia terlihat menuruni tangga gedung SGLC, ribuan Kesatria tampak antusias dan maju mendekat ke area panggung.
Di hadapan mahasiswa baru, Anies menyampaikan banyak hal, mulai tentang belajar, tentang berpikir, dan tentang menjadi orang yang berguna. Mantan DKI Jakarta tersebut menyebutkan bahwa IPK tinggi memang penting, tapi bukan penentu utama. “IPK tinggi dapat mengantarkanmu menuju wawancara, tapi kemampuan berpikir kritis dan kepemimpinan membuat anda berhasil di masa depan,” tekan Anies.
Alumnus FEB UGM tersebut juga mengajak mahasiswa untuk tidak buta pada isu sosial dan politik. Menurutnya, keputusan-keputusan yang diambil ketika akan membangun suatu proyek—seperti waduk atau jaringan irigasi—sejatinya adalah suatu keputusan politik. Sangat penting bagi calon engineer seperti kita untuk memastikan bahwa proyek yang kita jalankan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, tak hanya segelintir golongan saja.
Selanjutnya, Anies juga menyinggung soal perkembangan teknologi, khususnya Artificial Intelligence, yang kini semakin memudahkan berbagai hal. “Banyak hal yang sekarang bisa dilakukan oleh teknologi,” ujarnya. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Namun, ia juga mengingatkan bahwa teknologi tidak memiliki nurani. Justru di situlah peran manusia dibutuhkan, agar setiap kemudahan yang ada tetap digunakan secara bijak dan bertanggung jawab.
Anies juga mendorong mahasiswa untuk terus meningkatkan kompetensi agar kelak mampu bersaing dengan lulusan dari universitas-universitas luar negeri. Di saat yang sama, ia mengingatkan bahwa perubahan besar tidak pernah lahir dari satu orang saja. Menurutnya, mahasiswa perlu belajar membangun kolaborasi dengan bekerja sama, saling melengkapi, dan tumbuh dalam jejaring yang lebih luas.

Sesaat sebelum talk show ditutup, salah satu Kesatria Muda bertanya kepada Anies tentang bagaimana cara menjadi seorang pemimpin. Anies menjelaskan bahwa seseorang bisa disebut pemimpin kalau ada yang mengikuti secara sukarela, baik lewat kata-kata maupun tindakannya. Namun, itu saja tidak cukup, seorang pemimpin juga harus punya kompetensi karena tanpa kemampuan pengaruhnya tidak akan bertahan lama.
“Seorang pemangku kebijakan belum tentu seorang pemimpin karena jabatan bisa didapat lewat penunjukan atau pemilihan, tetapi kepemimpinan hanya hadir saat orang lain bersedia mengikuti secara sukarela,” ujarnya. Maka, ia berpesan: jangan buru-buru ingin menjadi pejabat muda, tapi jadilah pemimpin muda. Tidak semua pejabat diikuti oleh bawahannya, tapi pemimpin sejati akan selalu diikuti, bahkan tanpa harus memangku sebuah jabatan. (Ditulis oleh Humas FT: Taufik Rosyidi)