
Berasal dari pelosok, bukanlah hal yang dapat membatasi impian. Panji Dewandaru, yang berasal dari Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, mengejar impiannya untuk kuliah di UGM. Pengalaman masa kecil yang akrab dengan kompetisi menjadi bekal untuk meraih kampus impian. Latar belakang sekolahnya yang bukan SMA-pun tidak jadi halangan. Akhirnya Panji berhasil menjadi bagian dari FT UGM.
Berikut obrolan bersama Panji Dewandaru, mahasiswa Teknik Fisika UGM angkatan 2021, yang kaya pengalaman organisasi dan menjuarai berbagai kompetisi.
Boleh cerita tentang masa kecilnya?
Saya berasal dari Tepus, Gunungkidul. Jika dihitung, kurang lebih 70-an kilo dari kampus UGM. Saya ingat saat SD, di SD N 1 Purwodadi, saya sering mewakili sekolah untuk lomba cerdas cermat, lomba matematika, lomba azan, lomba olahraga, hingga wakil sekolah untuk kegiatan Jumbara PMI. Sejak kecil, lingkungan mendidik saya untuk memiliki jiwa kompetitif. Setelah tamat SMP, kemudian masuk SMK karena ingin segera bekerja.
Sebagai alumnus SMK, kenapa akhirnya memilih kuliah?
Waktu SMK, saya mengambil jurusan Elektro/Elektronika Industri. Awal masuk SMK tidak kepikiran untuk kuliah, karena ingin langsung bekerja di industri. Mungkin itu pikiran anak-anak SMK pada umumnya. Namun ketika saya masuk kelas 3, baru menyadari bahwa kalau hanya lulusan SMK saja tidak cukup untuk menunjang karir di industri besar. Akhirnya saya memutuskan untuk belajar dalam rangka ikut UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) untuk masuk perguruan tinggi.
Saya memilih UGM karena reputasi lulusannya yang banyak melanglang buana di pemerintahan maupun perusahaan nasional.
Nah. Kenapa masuk Teknik Fisika? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, karena selama persiapan UTBK, saya merasa hanya mampu menguasai materi-materi Fisika-Matematika, dan selalu kesulitan materi Kimia-Biologi. Nilai UTBK Fisika saya sempurna, 1000.
Maka saya putuskan memilih jurusan yang berbau Fisika-Matematika.
Alasan kedua, karena terinspirasi oleh Ibu Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina periode 2009-2014. Beliau merupakan lulusan Teknik Fisika ITB. Saya hobi mengulik riwayat hidup tokoh-tokoh besar, salah satunya Ibu Keren Agustiawan yang kemudian menginspirasi saya masuk Teknik Fisika.
Tantangan lulusan SMK saat mengikuti kuliah?
Tantangan utamanya adalah proses untuk mengejar materi. Lulusan SMK jelas disiapkan langsung untuk memasuki dunia kerja, bukan universitas, sehingga materi pembelajarannya pun berbeda dengan siswa SMA. Sehingga saya harus belajar lebih ekstra daripada mereka siswa lulusan SMA.
Bagaimana strategi mengikuti perkuliahan?
Saya menerapkan metode belajar 3 fase (sebelum-saat-sesudah).
Pada fase pertama, sebelum kuliah biasanya saya akan belajar, dalam hal ini spesifik menonton video materi di YouTube agar nanti tidak kaget saat di kelas. Pada fase ini saya membangun fondasi pemahaman. Kemudian fase kedua, yaitu di kelas, di sini adalah fase yang krusial, karena di fase inilah saya akan menguji pemahaman saya berdasarkan fondasi yang saya bangun di tahap awal tadi, terhadap apa yang disampaikan oleh dosen.
Tahap terakhir adalah fase koreksi. Bisanya setelah kuliah saya akan melakukan koreksi atas apa yang saya pelajari dari dua fase sebelumnya. Saya akan membuat sintesis dari apa yang saya pelajari melalui media YouTube di fase awal, dan melalui penjelasan dosen di fase tengah.
Aktivitas apa saja selain kuliah?
Banyak. Saya bergabung menjadi asisten dosen, koordinator praktikum, ikut pengabdian masyarakat, ikut project penelitian dengan dosen. Juga mengikuti perlombaan. Mulai dari lomba debat, lomba bidang energi, lomba bidang TIK. Saya juga memperoleh beasiswa hilirisasi nikel PT IMIP. Serta tentu saja aktivisme mahasiswa dan organisasi.
Dengan beragamnya aktivitas tersebut, saya benar-benar bisa memaksimalkan potensi yang saya miliki, sehingga wawasan saya menjadi beragam dan tidak hanya fokus pada satu bidang keilmuan saja.
Dan yang pasti, melalui berbagai kegiatan tadi saya bisa memiliki uang saku sendiri, alhasil saya sudah tidak meminta uang orang tua lagi, dan bahkan saya bisa menabung.
Organisasi apa yang pernah diikuti, dan apa yang paling berkesan?
Saya mengikuti kegiatan BEM KMFT UGM dan berperan aktif sebagai kepala divisi kajian isu strategis. Di BEM ini saya bersama rekan-rekan aktivis lain mengkaji setiap isu keteknikan, sosial, maupun politik.
Dari catatan di web FT, Panji banyak meraih prestasi pada berbagai kompetisi. Apa yang mendasari mengikuti lomba-lomba ini?
Hal tersebut berangkat dari kesadaran atas latar belakang saya. Dengan latar belakang saya tersebut, saya menyadari bahwa tidak ada yang bisa mengantarkan saya ke puncak kesuksesan selain diri saya sendiri. Sehingga saya harus memaksimalkan segala potensi yang saya miliki.
Di tengah semakin kompetitifnya dunia kerja, saya menyadari bahwa sebagai individu, saya harus memiliki nilai plus. Saya merasa pengetahuan teoritis yang saya dapatkan selama kuliah, maupun pengetahuan teknis yang saya dapat sejak SMK, masih kurang untuk membangun personal branding, alhasil mau tidak mau saya harus tetap aktif melalui lomba-lomba maupun project-project lain.
Apa lomba/kompetisi yang paling berkesan?
Lomba Student Debate di IPA CONVEX 2024. Kompetisi tersebut merupakan debat dengan topik energi dan dengan studi case nyata di lapangan. Artinya, bukan cuma segi keteknikan saja yang diuji, tetapi sektor-sektor terkait seperti isu investasi, ekonomi, politik, maupun lingkungan. Di sini wawasan kita terkait dunia energi benar-benar diuji.
Suka baca buku? Buku bacaan apa saja yang mempengaruhi?
Buku pertama Indonesia di Jalan Restorasi karya Willy Aditya. Buku ini adalah buku pertama yang saya baca dan saya tamatkan saat SMP. Buku tersebut sebenarnya punya Bapak. Kurang lebih buku tersebut berisi gagasan mengenai Gerakan Restorasi Indonesia yang ingin mengembalikan basis-basis kebangsaan yang telah lama pudar. Gambaran Indonesia yang kita harapkan pasca reformasi saat ini telah melenceng dari tujuan awal, sehingga diperlukan semangat baru untuk menemukan kembali nilai-nilai kebangsaan yang hilang tersebut, yaitu sebuah gerakan terencana, yang tidak hanya berangkat dari amarah semata, tetapi dari pemikiran yang sadar, matang, dan terkonsep untuk kembali ke semangat awal reformasi.
Buku selanjutnya adalah karya dari Bapak Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM 2016-2019. Buku tersebut berjudul Public Interest in Energy Sector. Buku tersebut memotret bagaimana dinamika dunia energi dari berbagai sisi, baik dari segi keteknikan, ekonomi, regulasi, maupun lingkungan. Buku tersebut banyak membantu saya ketika lomba-lomba karena perspektif dalam buku tersebut yang begitu kaya.
Peran orang tua?
Dalam perjalanannya, saya juga tidak bisa mengesampingkan peran orang tua. Kemampuan kognitif seperti analisis numerik maupun hitung-hitungan banyak saya dapatkan dari Ibu saya. Sejak saya kecil, beliau memandu bagaimana cara berhitung, meskipun dalam taraf yang sederhana. Kemudian mengenai kemampuan public speaking maupun organisasi banyak dipengaruhi oleh Bapak. Karena memang beliau dulu sering terlibat dalam organisasi dan sering mendapatkan kesempatan untuk berbicara di depan umum. Dari situlah saya sering mengamati dan belajar banyak dari beliau.
Pesan untuk rekan-rekan mahasiswa?
Coba maksimalkan potensi selagi mahasiswa. Maksimalkan waktu sebaik mungkin. Jangan hanya terpaku pada satu bidang keilmuan saja, tetapi coba diversifikasikan kemampuan kita melalui belajar hal-hal lain di luar apa yang telah kita pelajari di jurusan. Tentu hal tersebut akan memperkuat posisi tawar kita di masa depan.
Dan juga “temukan mimpi kita”. Karena dengan kita tahu apa mimpi kita, itu akan membuat kita selalu punya alasan untuk bangun pagi dan melakukan hal-hal produktif.
Pesan untuk siswa SMA?
Tentukan tujuan karir sedari dini. Coba konsultasikan ke rekan, orang tua, guru, maupun kakak kelas yang sudah kuliah. Menentukan tujuan karir dengan matang akan membantu kita untuk menentukan pilihan kuliah dengan tepat, dan menentukan pilihan kuliah dengan tepat akan membantu kita untuk menjalani kuliah dengan semangat.
Pesan untuk khusus anak-anak di pelosok dan juga anak-anak di daeral asalmu, Gunungkidul?
Bagi saya, keterbatasan bagi orang pelosok adalah keterbatasan akan akses. Akses di sini bisa berupa media belajar, rekan belajar, maupun “sosok” yang bisa kita jadikan panutan. Bagi orang pelosok yang baru hendak membangun mimpi, maka carilah “sosok” tersebut, sosok yang bisa kita jadikan panutan, sosok yang bisa kita jadikan public educator, sosok yang bisa menjadi percontohan bahwa apapun latar belakang kita, kita sama-sama berhak untuk sukses. “Berlian akan tetap menjadi berlian, di manapun ia berada”. (Review: Purwoko)
*****
Profil:
Nama: Panji Dewandaru
Program studi: Teknik Fisika angkatan 2021
Asal: Purwodadi, Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta
Prestasi: Juara 2 IPA Convex 2024. Pada kompetisi ini, Panji dan Jalal (keduanya dari FT UGM), bertarung melawan tim yang berlatar belakang beragam, dan jumlahnya lebih dari 2 orang. Panji juga (sendirian maupun tim) membukukan 25 prestasi, baik juara 1,2, maupun 3 pada berbagai level kompetisi, maupun apresiasi sebagai pembicara/pemateri seminar.
Karya:
1. METHANE TRACK: Sistem Pemantauan Emisi Gas Metana pada Ruminansia yang Portable dan Berbasis Energi Terbarukan. [Program Hibah Penelitian]
2. GAMAPALAPA Sistem Deteksi Radiasi Menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan Fotogrametri Berbasis Internet Of Things (IoT) untuk Pengelolaan Kawasan Berkelanjutan. [Gemastik XVII 2024]
3. Pengembangan Jaringan Sensor Nirkabel Prediktif untuk Pemantauan Gas Berbahaya Secara Real-Time di Ruang Terbatas dalam Industri Minyak dan Gas. [49th IPA CONVEX 2025]
Instagram: @panjidee