GUNUNGKIDUL – Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (KAMASE) UGM bekerja sama dengan masyarakat secara mandiri berhasil membangun pengangkatan air dengan menggunakan tenaga matahari untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Desa Giriharjo, Panggang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Paito (39), warga asal Padukuhan Banyumeneng I mengaku sangat terbantukan sekali adanya distribusi air bersih yang dilakukan oleh mahasiswa UGM. Paling tidak meringankan beban biaya ekonomi yang harus dikeluarkannya untuk memenuhi kebutuhan air.
“Kita beli air Rp125 ribu untuk per 5.000 liter dari PDAM. Itupun harus antri. Sekarang cukup bayar langganan Rp13 ribu tiap bulan, dikelola secara swadaya oleh masyarakat,” kata ayah dua anak ini yang sudah menikmati air dengan mudahnya dalam 3-4 bulan terakhir.
Sambil membersihkan rerumputan di sekitar lokasi panel surya yang berada di atas pebukitan, Paito menuturkan selama dalam pengerjaan pengangkatan air, masyarakat tidak dipungut biaya sepersen pun. Namun masyarakat membantu secara sukarala saat pemasangan pipa dan pembangunan panel surya dan pompa air.
Lain halnya dengan Kusmiyarto (46), yang mengaku dirinya dulu harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer untuk mengambil air di kali gede.
“Pakai dirigen bekas minyak goreng, saya harus angkut air dua kilometer, biasanya saya lakukan sore hari setelah pulang dari ladang,” kata Kusmiyarto yang sehari-hari pekerjaannya sebagai petani ini.
Dr Ahmad Agus Setiawan, staf pengajar sekaligus penggagas pembangunan, mengatakan intalasi air bersih ini mulai dibangun sejak bulan Juli 2008 dan baru selesai pada Agustus 2009. Dia menyebutkan, pemilihan penggunakan teknologi matahari dikarenakan Desa Giriharjo memiliki potensi sinar matahari 4,5 jam per hari. Pemasangan panel surya tersebut berada di atas bukit yang berjarak 1.400 meter dari pemukiman penduduk.
“Kita menggunakan 12 panel surya, bisa menghasilkan listrik 1.200 watt peak,” katanya.
Selanjutnya, panel surya tersebut menghasilkan listrik untuk menghidupkan pompa submersible yang berada dalam air untuk mengangkat air yang kemudian dialiri ke pipa sepanjang 1.600 meter untuk mengisi enam tandon air yang tersebar di pemukiman penduduk. Masing-masing kapasitas tendon air 5.000 liter.
Sedangkan untuk pengelolaan instalasi tenaga surya dan pendistribusian air, kata Agus, melalui kegiatan KKN PPM sudah dibentuk organisasi masyarakat setempat yang diberi nama Organisasi Pengelola Air Kaligede (OPAKg).
“Untuk pemeliharaan sudah dibentuk OPAKg, pembentukan organisasi ini jauh lebih penting daripada memasang panel karena kita harus belajar bersama untuk mengelola semua ini,” jelasnya.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha UGM Prof Ir Toni Atyanto Dharoko, MPhil, PhD dalam sambutannya mengatakan keberhasilan mahasiswa UGM mengangkat air dengan menggunakan teknologi matahari tersebut sebagai bentuk wujud dari komitmen UGM sebagai universitas perjuangan.
Bupati Gunung Kidul, Suharto, berharap apa yang telah disumbangkan oleh mahasiswa UGM tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal oleh penduduk setempat terutama dalam pemeliharaan panel surya.
Ungkapan yang sama disampaikan oleh Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX, menurutnya kerja sama antara mahasiswa dam masyarakat menghasilkan karya penting sistem pengangakatan air dengan tenaga surya. “Saya memberi apresiasi atas prestasi ini, semoga di kemudian hari lebih banyak lagi hasilkan karya yang bermanfaat lainnya,” katanya. (Daru Waskita/Trijaya/mbs)