Dalam upaya luar biasa untuk mempromosikan konservasi penyu yang berkelanjutan, tim “Castleofseaturtle” dari Universitas Gadjah Mada (UGM) telah membuat langkah signifikan. Dipimpin oleh Avisena Kemal El-Syifa dari Departemen Teknik Fisika (2021), tim ini terdiri dari Ghitha Nadhira Azka Rahiemy (Fisika 2021), Hani Verdiant (Geografi Lingkungan 2021), Naely Muna Camelia (Biologi 2021), dan Auliya Widyaningrum Pratiwi Sulaiman Putri (Pembangunan Wilayah 2021), serta Dr. Barandi Sapta Widartono, S.Si., M.Si., M.Sc., sebagai pembimbing.
Tim ini berpartisipasi pada kegiatan Indopetstival yang diadakan di Malang City Point, Malang, dari 3 hingga 7 Juli 2024. Acara ini menarik banyak komunitas dan masyarakat umum, dengan total pengunjung sebanyak 61.811 orang. Kegiatan ini memberikan wahana bagi tim untuk memamerkan proyek mereka, “Sea Turtle Conservation Zone: Solusi Kawasan Pesisir dengan Intelligent Monitoring System and Molecular Biotechnology Research Guna Menjaga Kelestarian Penyu.”
Proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep konservasi penyu berkelanjutan yang diterapkan pada kawasan pesisir. Tim PKM UGM melihat potensi kegiatan ini sebagai langkah konkret untuk mengedukasi masyarakat secara langsung tentang kondisi penyu yang semakin terancam.
Pengenalan gagasan ini pada acara tersebut mendapat respons positif dari masyarakat. Bayu, seorang pengunjung dari Madiun, mengungkapkan, “Seluruh fauna yang ada di bumi sama seperti kita manusia, mereka berhak hidup secara aman dan bebas di alam. Kita bisa hidup berdampingan tanpa harus merusak dan mengganggu satu sama lain. Saya sangat mendukung gagasan ini untuk bisa diterapkan secepatnya agar populasi penyu dapat ditingkatkan dan status hampir punah pada penyu dapat dihilangkan.”
Pengunjung lain dari Kalimantan, Pak Nawawi, berbagi pengalamannya, “Dulu ketika saya masih di Kalimantan sering dikasih daging dan telur penyu untuk dikonsumsi, dan itu seperti hal yang biasa. Tetapi kalau sekarang ya sepertinya sudah mulai dikurangi,” ucapnya saat ditemui di Malang City Point pada Sabtu (3/6).
Pesan tim ini jelas: “Jangan biarkan anak cucu kita jika ingin melihat hewan, satu-satunya cara dengan pergi ke museum karena hewan aslinya telah punah.” Pesan ini ingin disampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa keberlangsungan penyu ada di tangan kita. Tugas bersama untuk melestarikan penyu melalui kegiatan sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan terutama di lautan, melaporkan kegiatan perburuan ataupun kasus konsumsi penyu secara langsung, dan juga dapat menyebarluaskan informasi edukasi pelestarian penyu.
Dengan gagasan ini, harapannya keberlangsungan penyu akan dapat dijaga dan ditingkatkan secara bertahap. Menyelamatkan penyu sama dengan menyelamatkan alam, sehingga generasi masa depan masih dapat berinteraksi dan menikmati keindahan penyu secara langsung, bukan melalui museum karena hewannya telah punah. (Kemal/diolah UGM AI oleh Purwoko)
**Informasi Kontak:**
– WhatsApp: 0895631161166 (Avisena Kemal El-Syifa)
– Email: avisena.kemal.el-syifa@mail.ugm.ac.id
– Instagram: pkmvgkugm_castleofseaturtle