Dua alumni Teknik Arsitektur raih prestasi pada kompetisi tugas akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2023. Faiz Fawzan Adhima di bawah bimbingan Nur Zahrotunnisa Zagi, S.T., M.T. raih Juara 1 (Karya Terbaik Kategori Environmental Studies). Sementara itu, Vidya Larasati Adiraputri di bawah bimbingan Harry Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., raih Juara 2 kategori Technical Studies.
Faiz mengajukan karya tugas akhir berjudul Rethinking Kampung Nelayan Tambakrejo Sebagai Kampung Nelayan Berkelanjutan Berbasis Desain Regeneratif, berlokasi di Tambakrejo, Kota Semarang, Indonesia. Luas proyek pada tugas akhir ini 23000 m².
Perkampungan nelayan yang kumuh merupakan fenomena yang sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Di Kota Semarang, pada tahun 2018 lalu terdapat proyek relokasi Perkampungan Nelayan Tambakrejo. Sebelumnya, perkampungan ini merupakan perkampungan kumuh yang dihuni oleh lebih dari 160 KK yang dibangun di atas sedimentasi Kanal Banjir Semarang Timur. Rekolasi ke sebuah rumah susun yang berjarak 10 km dari perkampungan sesuai dengan langkah pemerintah, untuk merevitalisasi Kanal Banjir Timur di Semarang.
Namun, 97 dari 160 KK menolak direlokasi karena kehidupan mereka sebagai nelayan sangat bergantung pada lingkungan pesisir tempat mereka tinggal. Pemerintah kemudian sepakat dengan masyarakat untuk membangun pemukiman baru tepat di wilayah desa asli. Namun, rancangan dan solusi permukiman yang dilakukan pemerintah dinilai belum menjawab permasalahan utama. Seperti yang terjadi setelah proyek selesai, tingkat perekonomian warga tiba-tiba merosot karena terkait dengan ketidakstabilan dan degradasi lingkungan pasca relokasi akibat rusaknya sebagian besar hutan bakau di kawasan tersebut pasca reklamasi lahan untuk pembangunan desa nelayan baru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka konsep perancangan berdasarkan pendekatan desain regeneratif ditransformasikan sebagai berikut: (1) Konsep regenerasi ekosistem dengan integrasi sistem biotik dan abiotik sekaligus memanfaatkan potensinya sebagai penguat perekonomian masyarakat, (2) Integrasi antara hunian dan habitat (ekosistem) berupa sistem prototype desa dengan building footprint yang kecil serta menggunakan ruang terbuka untuk perbaikan ekosistem, (3) Konsep rumah tumbuh pada satuan hunian sebagai upaya memperlancar pertumbuhan demografi dan ekonomi masyarakat.
Dari penelitiannya, Faiz menyimpulkan bahwa kualitas tipologi kampung nelayan berdasar pada seberapa baik desain dapat mewadahi kebutuhan pengguna sebagai penduduk, dan pekerjaan mereka sebagai nelayan, serta bagaimana cara kampung dapat menjaga keberlangusungan perekonomian mereka serta sumber daya alam yang ada.
————**—————
Sementara itu, Vidya Larasati Adiraputri mengajukan karya Climate Change Interpretation Center dengan Penekanan Pengalaman Sensoris di Sayung, Demak.
“Karya tugas akhir ini merupakan sebuah gagasan desain Interpretation Center yang mengangkat topik perubahan iklim khususnya mengenai dampaknya di Sayung, Demak, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait perubahan iklim,” ungkap Vidya.
Climate Change Interpretation Center ini menggunakan penekanan pengalaman sensoris yang membantu pengunjung memahami dan ikut merasakan dampak perubahan iklim, khususnya kenaikan air laut yang terjadi di Desa Bedono, Sayung. Sebagai respon terhadap lokasi bangunan yang berada di daerah tambak yang terdampak abrasi air laut, desain bangunan menggunakan sistem struktur amphibious building yang mampu mengapung mengikuti ketinggian air laut serta berbagai pemanfaatan elemen air untuk menstimulasi sensoris pengunjung.
“Semoga karya-karya tugas akhir mahasiswa arsitektur di Indonesia senantiasa mampu memberi manfaat bagi banyak pihak,” harap Vidya. (Humas FT: Purwoko)