Yogyakarta, 30 Oktober 2025 — Suasana antusias memenuhi Meeting Room 1 Smart and Green Learning Center (SGLC) Lantai 3 FT UGM saat sebanyak lebih dari 100 tenaga kependidikan (tendik) dan mahasiswa paruh waktu bidang kehumasan berkumpul dalam Workshop dan Pelatihan Kehumasan bertajuk “Sinergi Kehumasan FT UGM: Optimalisasi Peran Humas dalam Mengangkat Citra Jenama Positif FT UGM.” Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya memperkuat kapasitas kehumasan di lingkungan fakultas, seiring dengan perkembangan lanskap komunikasi digital yang semakin dinamis dan kompetitif.
Dekan FT UGM, Prof. Selo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa konteks kehumasan saat ini telah mengalami perubahan signifikan dibandingkan satu dekade lalu. Media digital telah menjadi wajah institusi yang paling mudah diakses publik, sehingga pendekatan komunikasi tidak bisa lagi dilakukan dengan pola lama.
“Setiap tendik memiliki tanggung jawab untuk membangun jenama FT UGM menjadi lebih baik dari bidang masing-masing,” ujar Prof. Selo dalam sambutannya (30/10/2025).
Pada sesi pertama, Pratiwi Damayanti, S.I.P., selaku Hospitality Operation Consultant, memaparkan materi bertajuk “Optimalisasi Peran Humas dalam Rangka Mengangkat Citra Jenama Positif FT UGM.” Ia menyampaikan konsep dasar tentang jenama dan reputasi institusi, strategi komunikasi yang konsisten dalam membangun citra positif, serta praktik penerapan branding pada kegiatan dan publikasi fakultas.
Dama juga menekankan pentingnya market-based branding strategy—bahwa strategi kehumasan harus menyesuaikan karakter target audiens dan tidak dapat disamaratakan. Setiap segmen publik memiliki kebutuhan, gaya bahasa, serta preferensi media yang berbeda. Mahasiswa dan calon mahasiswa, misalnya, lebih efektif dijangkau melalui konten kreatif dan interaktif di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Sementara itu, orang tua dan keluarga membutuhkan informasi resmi yang kredibel melalui website fakultas, media cetak, serta publikasi prestasi alumni. Selain itu, ia menegaskan bahwa di era digital, kemampuan mengelola krisis juga menjadi keterampilan penting bagi humas. “Dalam situasi krisis, respon harus cepat namun tetap bijak,” ujarnya (30/10/2025).
Memperkuat aspek penulisan dan pemberitaan, narasumber berikutnya, Haris Firdaus, S.Sos., Kepala Biro Jawa Tengah–DIY Harian Kompas, membawakan materi “Jurnalistik untuk Praktisi Kehumasan”. Haris mengajak peserta untuk tidak berhenti pada sekadar membuat laporan kegiatan, tetapi mampu menghasilkan berita yang memiliki nilai publik dan relevansi yang kuat. Ia memaparkan bahwa terdapat dua perspektif umum dalam penulisan berita, yaitu siapa-melakukan-apa dan siapa-berbicara-apa. Meski terdengar mirip, keduanya memiliki fokus berbeda. Di era arus informasi cepat, sudut pandang siapa-berbicara-apa dinilai lebih relevan karena menonjolkan substansi, pesan, serta makna dari suatu kegiatan.
“Citra itu penting, tetapi relevansi dengan masyarakat juga harus diperhatikan,” tegas Haris (30/10/2025).
Melalui workshop ini, diharapkan para tenaga kependidikan dan mahasiswa semakin memahami strategi kehumasan modern, terutama dalam memperkuat citra dan reputasi FT UGM di ranah publik. Kegiatan ini juga menjadi wadah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, pengelolaan informasi, serta kualitas publikasi fakultas agar semakin adaptif dan relevan di era digital.
Penulis: Radaeva Errisya

