Hidup tanpa sampah tentu menyenangkan. Terlihat bersih, indah, dan tentu saja sehat. Berkontribusi pada pengurangan sampah, menjadi tindakan mulia, yang berdampak pada diri sendiri dan juga lingkungan.
Melihat dan mencermati isu tentang sampah yang menjadi masalah pelik di Jogja, bersamaan dengan munculnya kesadaran tentang gaya hidup zero waste, menjadikan Dwi Indriyati, laboran Teknik Geologi FT UGM ingin ikut berkontribusi. Pada tahun 2019, Dwi mulai membangun bisnis yang bergerak mendukung zero waste lewat Peony Ecohouse
Peony berlokasi di Pogung Kidul, berjarak 2 kilometer dari kampus FT UGM tempat Dwi bekerja.
Di toko ini, Dwi menyediakan bahan pokok rumah tangga dan kebutuhan penunjang gaya hidup zero waste. Mulai dari beras, kacang, tepung, madu, teh, sampai bodycare dan homecare. “Sehat, natural, terjangkau, lokal dan ramah lingkungan,” ungkap Dwi menjelaskan toko yang dikelolanya. Terkait aspek lokal, barang-barang yang disediakan di Peony hampir 70-80% bersumber dari petani/pengrajin lokal di wilayah DIY, Jawa Tengah dan sekitarnya.
Proses pengemasan dagangan yang dibeli konsumen, Dwi menerapkan model isi ulang. “Pembeli hanya perlu bawa wadah dari rumah lalu beli isinya sesuai kebutuhan tanpa minimal pembelian ataupun gramasi,” ungkapnya. Ukuran gramasi terkecil 1 gram/milliliter pun dilayani.
“Pembelian berapapun kami layani. Kalaupun tanpa wadah, kami biasanya menerima donasi wadah dari customer, sehingga bisa dipakai oleh customer lain yg ingin beli tapi ga bawa wadah,” ungkapnya. Meskipun demikian, di Peony, Dwi juga menyediakan paperbag dan stoples kaca. Pembelian dengan kemasan yang disediakan di Peony, bisa dikembalikan kemasannya untuk di salurkan ke supplier masing-masing. Pengembalian ini akan diapresiasi dengan pemberian potongan harga.
***
Apa yang dilakukan Dwi melalui Peony memperoleh sambuatan yang positif dari masyarakat. Popularitas Peony cukup tinggi. Paling tidak di Google Map, Peony memperoleh bintang 5 dengan 159 ulasan. Komentar yang masuk pun beragam. “Adem dan ramah pelayanannya, bisa beli curah tanpa minimal pembelian, memudahkan banget!,” ungkap Ayuk. Raysa, masih di Google Map turut berkomentar, “Bulk store (toko curah) yang sekaligus menjual produk-produk pendukung gaya hidup zero waste“.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk bijak dalam berkonsumsi, sehingga beli sesuai kebutuhan,” tegas Dwi.
Kebiasaan hidup minim sampah merupakan kesadaran personal yang semestinya harus menjadi kesadaran komunal. Hal ini akan mendukung tujuan pembangunan, utamanya respon atas perubahan iklim. Apa yang dilakukan Dwi Indriyati dengan Peony-nya, juga turut menggerakkan perekonomian. Kontribusinya juga menjadikan bukti bahwa respon atas lingkungan dapat dilakukan oleh siapapun, tanpa membedakan gender. “Jangan takut untuk melakukan perubahan kecil untuk bumi, karena sekecil apapun aksi dan prosesnya akan berpengaruh pada bumi dan isinya,” pesan Dwi. (Purwoko)
Informasi terkait: https://www.youtube.com/watch?v=1Lchz4uVm5A