Setiap manusia punya berbedaan pada banyak hal, namun bersepakat untuk satu hal: ingin bahagia. Begitu disebut pada buku Filsafat Kebahagiaan karya Fahrudin Faiz yang menjadi bahan obrolan Klub Baca Buku, Jumat 19 Juli 2025.
Hakikat manusia itu jiwanya. Menurut Plato, jiwa manusia diwarnai oleh epithumia yang merupakan lambang manusia yang rendah, kemudian thumos yang merupakan lambang ambisi dan harga diri. Ketiga logistikon atau akal, dan terakhir eros atau cinta. Epithumia terdiri dari makan, minum, dan seksual. Thumos berupa afektivitas, semangat dan agresivitas. Ephitumia dan thumos dikendalikan oleh logistikon atau akal.
Lalu di mana peran eros? Eros atau cinta mewarnai 3 elemen sebelumnya.
Terkait bahagia, Plato mengingatkan bahwa bahagia berbeda dengan nikmat. Orang bahagia biasanya sekaligus merasakan kenikmatan, namun tidak sebaliknya. Terkait nikmat, Plato mengingatkan agar meraih nikmat yang tidak tergantung pada adanya secara fisik, seperti minum, makan, dan seksual. Melainkan mencari nikmat yang hakiki, tak tergantung pada adanya fisik.
Sementara itu, pada bagian Ki Ageng Suryomentaraman terdapat pernyataan bahwa kebahagiaan sejati itu tidak bergantung pada waktu, tempat, dan keadaan. Bahagia muncul dari diri. Pada bagian kawruh jiwa, disebutkan bahwa syarat bahagia itu mengerti diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Menurut Suryomentaraman, ada 3 keinginan yang jika tidak dikendalikan akan merusak. Tiga itu adalah semat (kekayaan), derajat (kemuliaan, keluhuran, kebanggaan) dan keramat (kekuasaan, status sosial). Ki Ageng juga memberi rumus bahagia yang disingkat 6S: sakbutuhe, sakperlune, sakcukupe, sakbenere, sakmesthine, dan sakpenake. Jika diringkas, bahagia itu tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini berpulang pada pemaknaan pada diri masing-masing.
***
Zidni, staf pertamanan FT UGM yang hadir pada obrolan buku ini menyampaikan pendapatnya tentang buku-buku filsafat. Bagi Zidni, belajar filsafat atau pemikiran relatif berat, dan harus berfikir menyeluruh tidak sepotong-sepotong. Terkait buku bacaan, Zidni lebih senang buku sejarah. Baginya dengan membaca sejarah, seolah diajak masuk pada pengalaman si pelaku sejarah. Dengan demikian pesan dapat lebih mudah diterima.
Selain itu, Zidni senang dengan buku komik. One Piece merupakan seri komik yang dia sebutkan. Membaca komik pada usianya saat ini, lebih kepada ingin menangkap pesan dari cerita. Berbeda dengan saat kecil, yang cenderung hiburan. (Humas FT)