Tim Kahoyong Bundo berasal dari Teknik Sipil FT UGM, beranggotakan Arief Balie (Teknik Sipil 2017), Muhammad Dimas Mahardika (Teknik Sipil 2017), dan Dylan Felyan (Teknik Sipil 2017) di bawah bimbingan Ir. Intan Supraba, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng..
Tim ini berhasil meraih Juara I pada kompetisi National Paper Competition “Green Building Construction for Our Bright Future” dalam rangkaian acara Kompetisi Rancang Bangun 2020 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil, Universitas Udayana pada tanggal 26 – 28 Februari 2020.
Kompetisi diawali dengan seleksi proposal. Pada babak final, tersisa tim Kayonong bersama 4 tim lainnya: Leiden (UGM), Victorya (ITS), Grand Logawa (Univ. Jember), dan Planej Logawa (Univ. Jember). Tim Kahoyong mengajukan karya berjudul “Griya-Modular, Rumah Modular yang Ramah Lingkungan, Berkelanjutan, dan Cerdas” yang di dalamnya membahas tentang konservasi air, konservasi energi, konstruksi modular, dan pengelolaan sampah kepada dewan juri secara bergantian.
Lomba ini ditujukan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam mendukung upaya pemerintah dalam meningkatan mutu penelitian serta menemukan inovasi terhadap solusi pemanasan global melalui penerapan konsep Green Building.
National Paper Competition (NPC) merupakan cabang lomba baru dalam serangkaian lomba di Kompetisi Rancang Bangun (KRB) Tahun 2020. Kompetisi ini diadakan dengan tujuan supaya mahasiswa dapat menemukan inovasi terhadap solusi pemanasan global melalui penerapan konsep Green Building.
Sementara itu pada kompetisi yang sama, Tim Leiden, yang juga berasal dari DTSL FT UGM berhasil meraih juara 3. Tim ini beranggotakan Marco Hadisurya, Ayu Wulansari, dan Arisandi Sanjaya Putra di bawah bimbinganProf. Ir. Iman Satyarno, M.E., Ph.D.. Tim Leiden mengajukan karya berjudul “Pemanfaatan Limbah Genteng sebagai Substitusi Agregat Kasar dan Halus serta Abu Ampas Tebu sebagai Substitusi Parsial Semen Pada Risha untuk Mendukung Program Satu Juta Rumah”. Inovasi Tim Leiden terkait dengan penggunakan abu ampas tebu sebagai subtitusi parsial semen, dimana semen merupakan salah satu penyumbang emisi gas CO2. Sehingga, inovasi ini diharapkan mampu menekan kebutuhan semen sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global. (Humas FT: Purwoko/Sumber: web DTSL)