Tim Pengabdian kepada Masyarakat Departemen Teknik Kimia FT UGM melaksanakan pelatihan pembuatan produk kerajian wastra berbasis pewarna alami. Wastra merupakan istilah yang berarti kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan. Misalnya batik, tenun, songket dan sebagainya.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan, sejak 15 Juli s.d. 2 September 2023, bertempat di Gallery Gamaindigo, Sari Mulyo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta; dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S., IPU.
Penggunaan pewarna alami ini dilatarbelakangi oleh telah dilarangnya pewarna sintetis sejak 1 Juni 1996, namun Indonesia masih mengimpor pewarna alami sebanyak 50.000 ton/tahun. Pengenalan pewarna alami yang berakar pada budaya Indonesia dan warisan leluhur menjadi sebuah keharusan. Sumber daya alami untuk pewarna alami di Indonesia sangatlah melimpah, namun belum termanfaatkan dengan baik.
“Lebih dari sekedar produk atau komoditas, penggunaan pewarna alami adalah sebuah misi edukasi,” jelas Prof. Edia.
Penggunaannya melampaui sekedar tuntutan pasar tetapi mengandung misi penyelamatan lingkungan, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, pelestarian tradisi dan budaya, serta revivalisasi (menghidupkan kembali) identitas bangsa.
“Pewarna alami adalah jawaban atas pencemaran lingkungan yang makin tak terkendali dari penggunaan pewarna sintetis, jawaban atas menurunnya kualitas kesehatan para pelaku usaha yang menggeluti pewarna sintetis dalam jangka panjang, serta jawaban atas pentingnya memperkuat identitas dan budaya bangsa melalui kekayaaan dan kearifan lokal yang dimiliki,” tegas Prof. Edia.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini ingin turut serta membentuk agen perubah dalam penggunaan pewarna alami. Gerakan yang bermuara pada 4 (empat) hal, yakni: keselamatan (safety), kesehatan (health), dan ramah lingkungan (environment) yang pada akhirnya akan membawa pada kesejahteraan (welfare) bersama lahir dan batin.
****
Sebanyak 20 orang dari 59 pendaftar, dipilih untuk mengikuti kelas pelatihan jumputan ini berdasarkan pengalaman dan keahlian yang dimiliki.
Delapan kali pertemuan pada pelatihan ini dimulai dari perkenalan, praktik pewarnaan kain, refleksi atas praktik pewarnaan pertama. Kemudian membuat pola pada kain, menjelujur dan menjumput; evaluasi proses penjumputan; pewarnaan kain; pewarnaan dan pembukaan ikatan. Pada pertemuan terakhir dilaksanakan refleksi semua proses yang telah dilakukan serta pembentukan kelompok GamaJumputan.
Dari kegiatan pelatihan pada pengabdian masyarakat ini, diharapkan peserta dapat memproduksi produk kerajinan wastra dengan pewarna alami yang berkualitas, terbentuk agen perubahan dan gerakan edukasi penggunaan pewarna alami pada produk wastra; serta terbentuk produsen rumahan produk wastra berbasis pewarna alami yang aman, sehat, dan ramah lingkungan (environment) yang pada akhirnya akan membawa pada kesejahteraan (welfare) bersama lahir dan batin.
Setiap peserta dievaluasi, dan diukur capaiannya, ketersediaan waktu, serta rencana produksi.
***
Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Departemen Teknik Kimia (DTK) telah melakukan pelatihan kepada masyarakat di berbagai tempat, dalam pembuatan produk kerajinan berbasis pewarna alami seperti batik, jumputan, ecoprint, baju sirkular, dan lainnya. Pelatihan tersebut telah dilakukan lebih dari sepuluh tahun, secara bergantian di berbagai tempat.
Misalnya pelatihan pewarnaan batik dengan pewarna alami di Pacitan, Solo, Bantul, Lendah Kulon Progo (di beberapa kelompok pengrajin), pelatihan jumputan dengan pewarna alami di Lendah Kulon Progo (di beberapa kelompok pengrajin), pelatihan ecoprint di Lendah Kulon Progo (di beberapa kelompok pengrajin), Pelatihan pewarnaan baju sirkular di desa Gandok, Catur Tunggal, Depok Sleman, dan lainnya.
Indikator capaian pelatihan ini bukan berbasis jumlah peserta, akan tetapi didasarkan atas lahirnya jumlah agen perubah baru dalam penggunaan pewarna alami di masyarakat. (Humas FT: Purwoko/Sumber: Tim Prof. Edia R – Laporan Tim Pengabdian)