Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) menyelenggarakan talkshow kewirausahaan bertema “Born to be Engineer, Forced to be Entrepreneur” yang menghadirkan tiga alumni (29/12/2025). Tiga alumnus tersebut yaitu Dunung Lintang Asmoro (Teknik Mesin 2020), Satria Handar (Teknik Sipil 2020), serta Ajeng Mentari Soestika (PWK 2020). Ketiganya hadir untuk berbagi pengalaman merintis karier dan bisnis kepada para mahasiswa.
Dunung membuka diskusi dengan membagikan perjalanan bisnisnya di bidang otomotif melalui brand Inspeksi Mobil Palapa. Ia mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar yang harus ia hadapi ialah persaingan yang tidak sehat di industri tersebut. “Banyak tantangan dalam kompetisi bisnis otomotif, tapi itu tidak membuat saya berhenti,” ujarnya. Dunung menekankan pentingnya keteguhan dan keberanian untuk terus berkembang meskipun menghadapi tekanan besar. Pada dunia wirausaha, kepemimpinan mutlak diperlukan. Pemimpin dalam wirausaha tidak selalu diberi peta, melainkan kadang harus menciptakan peta sendiri. Dunung juga menekankan pentingnya memilih partner dalam berwirausaha. “Pilih yang senasib”, ungkap Dunung yang dalam memulai usaha pernah mengumpulkan rosok dari kos ke kos untuk modal awal.
Sementara itu, pembicara kedua, Satria Handar (Iyok), membagikan kisahnya dalam membangun bisnis ayam bakar “Dua Tuan Muda”. Iyok mengungkapkan alasan memilih dunia bisnis yakni kondisi lapangan pekerjaan yang semakin kompetitif mendorongnya untuk menciptakan peluang baru. Ia menuturkan bahwa bisnis F&B memiliki kompleksitas tinggi, mulai dari aspek kehalalan, higienitas, penyimpanan bahan, waktu tunggu makanan, konsistensi rasa, hingga manajemen sumber daya manusia. “Tantangan-tantangan itu membentuk saya menjadi pribadi yang adaptif, baik menghadapi tekanan kecil maupun besar,” ujar Iyok. Ia menambahkan bahwa keberadaan partner yang sudah memiliki pengalaman di dunia bisnis menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanannya. Iyok berpartner dengan Maximos, rekan yang telah bersama mengabdi pada program KKN di Pulau Komodo. Terbiasa memasak dengan cara dibakar—mencari kayu, mengumpulkan arang, hingga mempraktikkan teknik membakar—menjadi fondasi semangat keduanya dalam merintis usaha ayam bakar.
Pembicara terakhir, Ajeng (PWK 2020), merupakan pemilik Cikstik Group yang menaungi tiga bisnis: Cikstik, Gulai Tjap Nyonya, dan Sadadjiwa.co. Ajeng memulai Sadadjiwa.co sejak semester 3, sebuah pencapaian yang menunjukkan keberanian sekaligus visi jangka panjangnya.
Ajeng menjelaskan bahwa marketing dan branding adalah prioritas utama ketika membangun bisnis, terutama dengan keterbatasan anggaran. Ia membuktikan efektivitas strategi tersebut ketika salah satu konten TikTok bisnisnya mencapai 7 juta views, yang kemudian membuat produknya viral dan meningkatkan penjualan secara signifikan.
Bisnis selanjutnya, Ajeng melebarkan sayap di bidang bidang F&B, Ajeng membuka restoran Cikstik, yang kini memiliki dua cabang di Yogyakarta. Pada 2025, ia kembali memperluas jangkauan dengan membangun bisnis ketiganya, Gulai Tjap Nyonya, yang mengedepankan konsep personal branding. Dengan demikian, ketiga bisnisnya memiliki segmentasi pasar yang berbeda dan dapat tumbuh secara paralel. (Shafa S)