Sebagai bagian dari proses peningkatan pengetahuan, tenaga kependidikan FT UGM adakan diskusi berjudul “Potensi Korupsi di Perguruan Tinggi: mengenal dan menjadi penggerak pencegahannya”. Acara ini berlangsung pada Kamis, 22 April 2021 secara daring. Sebagai pemantik diskusi, hadir peneliti di Pusat Kajian Anti Korupsi FH UGM R. Moh. Zaenurrohman, dengan moderator tenaga kependidikan FT UGM Shinta Ayu Kusuma Wardhani.
Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan SDM Prof. Ir. Selo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan beberapa fakta posisi Indonesia pada level dunia terkait korupsi. Prof. Selo juga menggarisbawahi tindakan-tindakan yang bisa mengarah pada korupsi dan harus dihindari. Terkait waktu, misalnya. Dengan kegiatan ini, diharapkan tendik FT UGM dapat turut berkontribusi yang baik pada proses berbangsa dan bernegara, terutama pada pencegahan korupsi.
R. Moh. Zaenurrohman mengawali paparannya dengan beberapa uraian singkat tentang teori korupsi serta perbedaan korupsi dan koruptif. Tidak semua tindakan yang berbau korupsi bisa ditindak dengan UU Tipikor. Misalnya tindakan koruptif dalam bentuk korupsi waktu. Paparan dilanjutkan pada tipe, dampak, serta risiko atau konsekuensi dari korupsi.
Potensi korupsi di perguruan tinggi yang paling tinggi risikonya, menurut pemateri, ada pada 3 wilayah: anggaran, pengelolaan aset, serta pengadaan barang dan jasa. Pemateri juga mengulas 3 contoh kasus korupsi di perguruan tinggi yang telah divonis di MA. Tentu, contoh ini menjadi catatan penting bagi para peserta.
Antusiasme peserta ditunjukkan pada berbagai pertanyaan yang muncul. Beberapa diantaranya terkait indikator paling sederhana dari tindakan korupsi, yaitu keraguan dan tidak tenang di hati. Isu gratifikasi juga dimunculkan peserta, serta tentu saja bagaimana mengidentifikasi sebuah pemberian itu masuk gratifikasi atau tidak. Pemateri menggarisbawahi, hal paling mudah untuk mengindentifikasi gratifikasi adalah dengan bertanya “Apakah jika saya tidak ada pada posisi (jabatan) saya saat ini, saya tetap diberi oleh orang tersebut?”.
Sebagai penutup, moderator menyampaikan beberapa catatan yang ditutup dengan mengutip Mahatma Ghandi, bahwa dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua manusia namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan/kerakusan 1 manusia. (Humas FT: Purwoko)