Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, MS., IPU. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Teknik Kimia pada Fakultas Teknik UGM, Selasa (10/5/2022). Ia kini menjadi satu dari 50 guru besar aktif di Fakultas Teknik, serta satu dari 353 guru besar di UGM. Sampai saat ini FT UGM telah melahirkan 69 guru besar.
Prof. Edia menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Menghidupkan Kembali (Revival) Pewarna Alami Nusantara Untuk Membangun Kedaulatan Bangsa Dalam Pewarna Alami”.
“Saya memiliki rekam jejak penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dalam bidang pewarna alami, untuk tekstil dan bahan baku yang berasal dari tumbuhan relatif lebih banyak dibanding bidang lainnya”, demikian Prof. Edia menyampaikan alasan pengampilan tema pidatonya.
Pada dasarnya, semua bagian dari tumbuhan, yaitu daun, bunga, buah, kulit buah, kayu, kulit kayu, dan akar dapat memberikan warna. Akan tetapi, tidak semua warna yang dihasilkan dari bagian tumbuhan tersebut memenuhi kriteria sebagai pewarna alami untuk tekstil. Untuk itu, karakterisasi senyawa dalam tumbuhan yang akan digunakan sebagai pewarna alami sangat perlu dilakukan agar diketahui sesuai-tidaknya pewarna alami tersebut sebagai pewarna tekstil.
“Pada saat ini, pemenuhan kebutuhan zat warna untuk industri tekstil di Indonesia sebagian besar masih mengandalkan impor,” jelas Prof. Edia. Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2021, rerata impor zat warna sintetik selama 5 tahun terakhir mencapai lebih dari 42.000 ton/tahun. Sayangnya, menurut Prof. Edia, hingga saat ini Indonesia belum memiliki regulasi pelarangan produksi dan penggunaan zat warna azo karsinogen seperti yang ada di Eropa.
Fakta ini perlu mendapat perhatian dari banyak pihak, karena Indonesia memiliki budaya warisan adiluhung penggunaan pewarna alami yang aman dan senyawa yang terkandung bermanfaat bagi tubuh.
***
Pewarna alami, dikutip oleh Prof. Edia, telah digunakan sejak awal peradaban manusia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya pakaian berwarna menggunakan pewarna madder di reruntuhan peradaban Mahenjodaro dan Harappa 3500 SM.
Meningkatnya perhatian publik terhadap pewarna alami dan adanya peraturan pemerintah yang ketat tentang lingkungan dan polusi mendorong penggunaan pewarna alami di pasar global.
Melihat perkembangan permintaan pasar global yang pesat, tampaknya tidak mungkin produsen tradisional sendiri akan bisa menjangkau pasar global. Untuk itu, diperlukan terobosan inovasi dalam produksi dan rantai pasok untuk bisa membawa produk pewarna alami sampai di pasar global. Di samping itu, kebijakan untuk mengarusutamakan (mainstreaming) penggunaan pewarna alami juga diperlukan untuk mendorong tumbuhnya pasar di dalam negeri.
Potensi pewarna alami di Indonesia dapat dilihat berdasarkan lima faktor dalam Pembangunan Industri Nasional yaitu(1)budaya dan kearifan lokal; (2) pembangunan berkelanjutan; (3)sumberdaya manusia; (4)sumberdaya alam; dan(5)inovasi teknologi.
Mengakhiri pidato ini, izinkan saya untuk menyampaikan bahwa pewarna alami lebih dari sekadar produk atau komoditas, tetapi pewarna alami adalah sebuah misi edukasi.
Penggunaan pewarna alami melampaui sekedar tuntutan pasar tetapi mengandung misi penyelamatan lingkungan, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, pelestarian tradisi dan budaya, serta revivalisasi (menghidupkan kembali) identitas bangsa. Pewarna alami adalah jawaban atas pencemaran lingkungan yang semakin tidak terkendali dari penggunaan pewarna sintetis, jawaban atas menurunnya kualitas kesehatan para pelaku usaha yang menggeluti pewarna sintetis dalam jangka panjang, jawaban atas pentingnya memperkuat identitas dan budaya bangsa melalui kekayaaan dan kearifan lokal yang dimiliki, jawaban atas ketergantungan import bahan kimia atau pewarna sintetis dengan kapasitas sangat besar, dan jawaban atas pemanfaatankekayaan alam yang melimpah dan masih terlupakan.
Produk dengan pewarna alami merupakan produk yang unggul (kekayaaan dan kearifan lokal) dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Untuk itu, pewarna alami berkontribusi pada tahap kedua pembangunan industri nasional (2020–2024), termasuk produk dengan keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan. Artinya, produk dengan pewarna alami siap mendukung tahap ketiga pembangunan industri nasional (2025–2035) yakni mewujudkan Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh. (Humas FT: Purwoko/Sumber: Pidato Prof. Edia)
—
Rekaman pidato pengukuhan: https://www.youtube.com/watch?v=dp7vCS8AVFA
Naskah pidato: https://simpan.ugm.ac.id/s/ZvTY7BFVuSNnGt0#pdfviewer