Tragedi meledaknya reaktor Nuklir Fukushima di Jepang beberapa waktu yang lalu, mencuatkan berbagai polemik tersendiri baik di Jepang sendiri maupun negara-negara pengguna Nuklir di dunia. Sebagian tidak terganggu dan akan membangun reaktor Nuklir, sebagian negara yang lain justru akan menghentikan penggunaan Nuklir. Demikian juga di Indonesia. Berbagai polemik muncul terkait rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini mendorong Kementrian Riset dan Teknologi bekerja sama dengan Fakultas Teknik mangadakan Sarasehan Pengenalan IPTEK Nuklir, Rabu (9/11), di Ruang Sidang Kantor Pusat FT UGM.
“Kami lebih ke arah public education dan public information untuk menyadarkan masyarakat menerima pembangunan PLTN yang aman dan minim resiko,” papar Deputi Kementrian Riset dan Teknologi, Prof. Dr. M. Syamsa Ardisasmita, DEA., dalam sambutanya. Energi Nuklir akan menjadi pilihan terakhir setelah energi fosil yang digunakan secara terus menerus dalam jumlah besar menipis. “Energi Nuklir juga sangat membantu dalam bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, dan kesehatan dan obat,” imbuhnya.
Senada dengan Prof. Syamsa, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., mengatakan bahwa di Indonesia telah terjadi mismanajemen pengelolaan energi. “Terbatasnya energi yang kita miliki, memungkinkan Indonesia menjadi importir minyak dunia pada tahun 2015. Oleh karena itu, sudah saatnya kita beralih ke energi non konvensional,” ujarnya. Selain memiliki banyak manfaat, secara ekonomi penggunaan energi Nuklir jauh lebih murah.
Dalam sarasehan tersebut, juga diadakan Pelatihan Pengenalan IPTEK Nuklir yang rencananya akan berlangsung selama 3 hari hingga Jum’at (11/11) depan. (nn)
Materi presentasi dari sarasehan ini dapat di unduh disini