Jum’at (18/1), Fakultas Teknik UGM menyelenggarakan kuliah umum di Balai Senat UGM sebagai rangkaian dari HPTT 73 FT UGM. Kuliah umum ini mengambil tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan”, disampaikan oleh Menteri ESDM RI, Ignasius Jonan, M.A. dalam suasana penuh keakraban.
Hadir pada kuliah umum ini Rektor dan jajaran Wakil Rektor, Dekan FT UGM, Anggota DEN, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral, mahasiswa, dosen dan staf kependidikan. Sebelum disampaikan kuliah umum, UGM dan Kementerian ESDM melaksanakan penandatanganan MoU dalam hal riset dan pengembangan energi baru dan terbarukan serta konservasi energi.
Mengawali kuliah umum, Menteri ESDM mengajak hadirin untuk sepakat lebih dahulu bahwa dunia ini bergerak semakin cepat. MoU-MoU yang dibuat memiliki tantangan untuk harus dilaksanakan, dimulai dari apa yang bisa sesegera mungkin dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan jangan sampai hanya ditumpuk. Menteri ESDM juga menyampaikan data bahwa top perusahaan dunia sekarang sudah tidak lagi dipegang oleh perusahaan ekstraktif, namun dipegang perusahaan baru. Tesla, sebagai perusahaan baru yang memroduksi mobil listrik justru memiliki market capital lebih tinggi. Orang sudah optimis bahwa mobil konvensional akan berubah ke mobil listrik.
Menurut Menteri EDSM, ada empat teknologi yang akan in di masa depan: kendaraan listrik, renewable energy, online business, dan artificial intelligence (robotic). Kenyataan di negara tetangga, Kamboja, renewable energy pada listrik sudah ada pada angka 40%. Hal ini harus dikejar. “Scientis UGM dikirim ke unit kerja kami, untuk kerjasama. Juga dengan operator dan industri. Jika tidak, maka pengetahuan yang kita miliki tidak bisa diimplementasikan dengan cepat. Itu taruhannya,” demikian ajakan Menteri.
***
Melanjutkan paparannya, Menteri menyampaikan bahwa Blok Banyuurip Cepu yang sekarang mampu menghasilkan 220 ribu barel perhari, terbesar di Indonesia, ditemukan dengan bantuan teknologi. Teknologi menjadi kunci temuan-temuan sumber energi fosil yang sebelumnya belum ditemukan. Selain sumber energi fosil ini, Indonesia kaya dengan berbagai sumber energi terbarukan.
Panas bumi memiliki potensi hingga 11 GW, namun yang dipakai baru 2 GW. Kementerian mendukung pengembangan panas bumi, dan Pulau Flores sudah ditetapkan sebagai pulau panas bumi. Air yang memiliki potensi 75 GW, baru direaliasikan 6 GW. Potensi biomassa yang realisasinya hampir 2000 MW. Kemudian ada angin yang sudah dikembangkan di Sidrap. Untuk tenaga surya masih rendah realisasinya, kurang dari 100 MW. “Masak negara khatulistiwa pembangkit listrik tenaga suryanya sangat rendah?” pertanyaan yang digaris bawahi oleh Menteri. “Mohon rekan ilmuwan mendekatkan diri pada industri, supaya manfaatnya jalan”, ajakan berikutnya dari Menteri. Hal ini dilakukan agar target energi baru terbarukan 23% di 2025 (saat ini baru 14-15%) bisa direalisasikan.
Tantangan renewable energy yang dikonversi menjadi listrik adalah pada harganya yang harus masih bisa terjangkau oleh masyarakat. Menteri yakin bahwa suatu saat PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), dalam jangka panjang akan jauh lebih murah dari yang dari energi fosil. Presiden juga mendorong penggunaan CPO untuk campuran biodiesel. Hal ini bukan hanya untuk mengurangi import BBM, namun juga untuk memanfaatkan produksi dalam negeri serta mengurangi emisi gas buang sebagai bentuk komitmen pada climate change.
***
Pemerintah juga mendorong penggunaan electric vehicle (kendaraan listrik). Dengan electric vehicle maka polusi udara lebih menurun, serta impor minyak di Indonesia akan semakin turun. Biaya energi kendaraan listrik terhitung paling murah dibanding hybrid, dan konvensional. Biaya energi untuk kendaraan listrik hanya 155/km, sementara hybrid 386/km, dan kendaraan konvensional 791/km. “Mudah-mudahan Peraturan Presiden (tentang mobil listrik) segera keluar sehingga lebih banyak industri di Indonesia membuat mobil listrik”, harap Menteri ESDM. Menteri juga menampilkan pemanfaatan energi terbarukan yang sudah digunakan penduduk Papua. Mulai dari rumah-rumah yang memanfaatkan home solar system, serta hampir 100% motor di suku Asmat adalah motor listrik.
Sebelum mengakhiri kuliah umum, Menteri ESDM memutar video tentang apa yang sudah dicapai di bidang ekstraktif dan renewable energy. Menteri juga menyampaikan bahwa rasio elektrifikasi di Indonesia (akhir Desember 2018) sudah mencapai 98.3%, yang berarti ada 98.3% penduduk yang sudah menikmati listrik/penerangan. Masih ada 1.7% atau lebih kurang 5 juta orang yang belum menikmati. “Kita mati-matian berjuang di akhir tahun ini kita bisa penuhi semua,” Ignasius Jonan mengakhiri kuliah umumnya. (Humas FT: Purwoko, Foto: Eko Hendrawan)