_”Lakukan tugasmu, sampaikan kebenaran betapapun kecilnya, di tengah amukan segala macam badai kegelapan”_ (Prof. Herman Johannes)
Prof. Ir. Herman Johannes merupakan salah satu tokoh besar di Fakultas Teknik UGM yang sekaligus juga pahlawan nasional Indonesia. Prof. Herman atau yang lebih akrab disapa Pak Jo pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik UGM, Dekan FMIPA UGM, dan Rektor ke-2 UGM. Untuk mengenang jasa dan semangat juang Pak Jo, Fakultas Teknik mengabadikannya sebagai nama salah satu gedungnya yaitu gedung Pancabrata Prof. Herman Johannes atau gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC).
Pak Jo merupakan putra ke-4 dari 6 bersaudara yang lahir di Rote (NTT), 28 Mei 1912. Jo kecil telah menguasai 3 bahasa yaitu bahasa Rote, bahasa Indonesia, dan bahasa Belanda. Berkat keterampilannya dalam berbahasa Belanda, Jo kecil diterima di Europe Lagere School (ELS) dan dapat melanjutkan pendidikannya di MULO Makassar, AMS Batavia, dan THS Bandung. Pak Jo menjadi 1 dari 6 orang yang mendapatkan gelar insinyur pada tahun 1946 melalui STT Bandung di Yogyakarta (cikal bakal Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada).
Prof. Johannes mengabdikan separuh dirinya pada bidang pendidikan. Saat mahasiswa, Prof Johannes sudah menulis karangan ilmiah yang dimuat pada majalah de Ingenieur van Nederlandsch Indie. Beliau juga menjaga guru di COMB Bandung, pengajar ilmu pasti dan mekanika di SMT Menteng Raya, dan dosen ilmu fisika di Ika Daigaku (Sekolah Tinggi Kedokteran Salemba). Selain itu, Prof. Johannes juga merupakan salah satu pendiri Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Yogyakarta yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik UGM, juga menulis banyak karya tulis yang dijadikan acuan.
Prof. Johannes memiliki peran pula dalam bidang militer. Pada saat pergolakan perang untuk kemerdekaan Indonesia, ditugaskan untuk membangun laboratorium persenjataan di Yogyakarta dan diangkat menjadi anggota militer berpangkat mayor. Prof. Johannes juga berhasil menemukan bahan peledak yang diberi nama gondorukit (gondorukem dan kaliumklorit). Beliau juga bertugas sebagai dosen di Akademi Militer Yogyakarta saat masih menjadi mahasiswa.
Porf. Johannes juga turut serta dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia melalui bidang politik. Pada tahun 1934, beliau memprakarsai pembentukan Perhimpunan Kebangsaan Timor (PKT) yang berjuang meninggikan taraf pendidikan. Selain itu, beliau juga menjadi perwakilan daerah Sunda Kecil untuk Komite Nasonal Indonesia Pusat (KNIP).
Pada tahun 1975, tepatnya 19 Agustus 1975, Prof. Herman memperoleh anugerah Dr. HC dari UGM dalam bidang ilmu pasti dan alam.
Karya-karya yang dihasilkan Prof. Johannes semasa hidupnya, mengantarkan beliau mendapatkan banyak penghargaan dari Indonesia maupun mancanegara. Negara Indonesia sendiri mengabadikannya dalam uang koin Rp100 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Prof. Johannes dikenal sebagai pribadi yang sederhana, ulet, tekun, penyabar, kritis, cerdas, dan berpendirian teguh. Beliau meninggal dunia di Yogyakarta, 17 Oktober 1992. (Humas FT: nada/Ditulis ulang dari sumber ini.)