Melalui kajian diversifikasi pangan, Wisnu Arif Budiman (Teknik Mesin) ikut antarkan tim Andeska raih juara 2 dan best presentation pada Agriverse: Finding Solution for Future Sustainable Agriculture yang diselenggarakan oleh International Association of Students in Agricultural and Related Sciences Local Committee Universitas Sebelas Maret, 20 Maret 2021 secara daring. Selain Wisnu, tim Andeska juga diperkuat oleh Maria Angela Putri Rahardja (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian) serta Sinung Gilang Akbar P. (Agribisnis).
Kompetisi digelar dengan mengusung tema “Optimization of Human Development to Increase Food Resilience in New Normal Life with Sustainable Agriculture”. Terdiri dari 5 sub tema yaitu Smart Farming, Land Use, Agricultural Biothchnology, Food Diversification, dan Agricultural Product Supply Chain. Kompetisi ini dilatarbelakangi oleh perlunya peningkatkan kesadaran dan kontribusi mahasiswa pada sektor pertanian. Sektor pertanian pada saat ini banyak terdampak berbagai aspek seperti climate change, penurunan luas lahan, juga beras yang mendominasi bahan pokok.
Tim Andeska mengajukan karya berjudul Food Diversification: Sorghum Tourist Village Based On Agro-Edu-Tourism As An Effort Of Food Diversification To Meet Food Security.
Sorghum tourist village based on agro edu tourism merupakan solusi dari sistem diversifikasi pangan di Indonesia yang sampai saat ini masih belum maksimal karena kurangnya equilibrium permintaan dan produksi yang ada di Indonesia. Sistem ini menawarkan solusi pemenuhan kebutuhan warga dengan memaksimalkan pangan lokal di daerah masing-masing yang akan mempengaruhi peningkatan ketersediaan pangan di tiap daerah. Dengan adanya sistem ini, ekonomi masyarakat juga dapat meningkat dengan kemandirian di tiap daerah sehingga dengan peningkatan ekonomi maka akses terhadap pangan juga bisa meningkat yang diikuti dengan kestabilan harga pangan pada pangan lokal yang sebelumnya tidak memiliki permintaan yang besar.
“Hal ini secara bersamaan akan menciptakan kondisi ketahanan pangan di Indonesia jika diterapkan pada pangan lokal lain selain sorghum,” ujar Arif.
Sebagai satu-satunya wakil FT di tim, Arif mengaku mendapat berbagai manfaat. Mulai dari kesempatan diskusi, bertukar ide dan gagasan antar lini ilmu, juga dapat menambah relasi ke teman, dosen dan masyarakat. “Pengalaman ini membuat saya mendapatkan ilmu baru dari luar Teknik tentang berbagai hal terutama tentang berbagai permasalahan, terutama tentang pertanian dan makanan yang merupakan kebutuhan pokok mahluk hidup,” lanjutnya.
“Kami berharap, ke depan Indonesia dapat memaksimalkan potensi pangan lokal di tiap daerahnya terutama pangan lokal yang belum terfokuskan, seperti Sorghum sehingga konsumsi masyarakat tidak hanya tergantung pada beras saja dan meminimalisir kurangnya ketimpangan pangan di berbagai daerah di Indonesia,” ujar Arif. (Humas FT: Purwoko/Sumber: Arif/Andeska)