Pada tanggal 12 Agustus 2019, melalui Keputusan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI No 10 tahun 2019, telah ditetapkan 74 Ikon Apresiasi Prestasi Pancasila tahun 2019. Penetapan ini didasarkan pada kriteria sains dan inovasi, olahraga, seni budaya dan bidang kreatif dan sosial entrepreneur. Para ikon tersebut memiliki tugas berat untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila; terlibat aktif di berbagai media untuk menciptakan pandangan positif dalam mengapresiasi prestasi Pancasila di kalangan generasi muda; dan menjadi sumber inspirasi dann memberikan keteladanan dalam mengharumkan nama bangsa.
Salah satu dari 74 ikon apresiasi prestasi Pancasila yang terpilih pada tahun 2019 adalah Prof. Teuku Faisal Fathani, dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM.
Sejak tahun 2006, Prof. Teuku Faisal Fathani telah berinovasi dengan mengembangkan alat-alat deteksi dini multi-bencana mulai dari generasi pertama hingga kini telah lahir generasi ke-5 yang dinamakan Gadjah Mada Early Warning System atau GAMA-EWS. Sekitar 35 varian alat deteksi dini bencana seperti exstensometer, crackmeter, tiltmeter, inclinometer, raingauge, ultrasonic waterlevel sensor, LIDAR waterlevel sensor, groundwater sensor, serta automatic weather observation system (AWOS) telah dilindungi dengan 5 paten. Alat ini menggunakan lebih dari 90 persen komponen lokal dan diproduksi oleh UGM dengan dukungan dari industri kecil dan menengah (UKM) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Penemuan dan penerapan sistem peringatan dini yang dikembangkan oleh Prof. Fathani dan kawan-kawan ini sejalan dengan Kerangka Aksi Sendai 2015-2030 tentang upaya pengurangan risiko bencana dengan 7 (tujuh) tujuan khusus, dimana tujuan khusus ke-7 adalah peningkatan akses untuk mendapatkan sistem peringatan dini multi bencana, kajian dan informasi risiko bencana. Teknologi sistem peringatan dini bencana yang terkoneksi dengan sistem telemetri (SMS, GSM, Radio Frequency, WiFi hingga Satelit) telah dipasang lebih dari 110 kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia dan juga di Myanmar. Di samping BNPB, Kemendesa PDTT dan BPBD, inovasi teknologi ini juga telah digunakan oleh kalangan industri/swasta dalam dan luar negeri yaitu PT. Pertamina Geothermal Energy, PT. Medco International, PT. Freeport Indonesia, PT. Geodipa Energi, PT. Inco Sorowako, PT. Arutmin hingga United Mercury Group-Myanmar.
Sistem peringatan dini ini sudah terbukti mampu menyelamatkan jiwa manusia di Banjarnegara (2007), Aceh Besar (2015), Donggala (2016), Lombok Barat (2016), Kerinci (2017), Gunungkidul (2017) dan lokasi lainnya.
Inovasi teknologi ini merupakan hasil riset jangka panjang oleh Prof. Fathani dan kawan-kawan dengan wahana Pusat Unggulan dan Inovasi Teknologi Kebencanaan UGM (GAMA-InaTEK) yang telah dihilirisasi hingga pada tahap berikutnya mampu mendukung pendirian Teaching Industry untuk produksi masal alat-alat GAMA-EWS. Dengan capaian ini maka sejak tahun 2011 UGM ditetapkan oleh UN-ISDR UNESCO sebagai World Center of Excellence on Landslide Disaster Risk Reduction selama tiga periode berturut-turut (2011-2014; 2014-2017; 2017-2020).
Di tingkat internasional, Prof. Fathani juga meraih (1) IPL Award for Success dari UNESCO 2011; (2) Adjunct Professor dari UNESCO Chair on Geoenvironmental Disaster Reduction 2018-2020; (3) ICGdR Honorary Fellow 2017; dan (4) Excellent Research Award on Mitigation of Geo-disasters in Asia 2012. Sementara di tingkat nasional, Prof. Fathani telah meraih penghargaan (1) Academic Leader (Adibrata) 2017 dari Kemenristekdikti RI; (2) Anugerah Kekayaan Intelektual Nasional 2016 “Kategori Inventor” dari Dirjen Kekayaan Intelektual, Kemenhumham RI; (3) Penghargaan Kebangkitan Teknologi Nasional 2015 dari Kemenristekdikti RI; (4) Inovator Teknologi 2015 dari Kemenristekdikti RI; dan (5) Dosen Berprestasi Peringkat 1 Nasional 2013 dari Kemendikbud RI. Terakhir, pada tahun 2019, Prof. Fathani terpilih menjadi ikon apresiasi prestasi Pancasila dari BPIP RI.
Selama 20 tahun mengabdi di UGM, Prof. Fathani telah menunjukkan dedikasi tinggi dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) sebagai 3 pilar utuh yang tidak dapat dipisahkan. Tantangan utama seorang dosen sekaligus peneliti yang telah dijawab oleh Prof. Fathani adalah bagaimana merancang peta jalan riset yang mengedepankan kebaharuan dan inovasi, yang secara langsung melibatkan proses pendidikan-pengajaran-pembimbingan, hingga hasilnya dapat diimplementasikan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umat manusia. Tidak sekedar dipublikasi pada jurnal ternama internasional/nasional, karya-karya dari Prof. Fathani telah didorong menjadi acuan/rujukan nasional dan dunia dalam bentuk SNI 8235:2017 dan ISO 22327:2018 dan ISO 22328-1:2019.
Tantangan dalam penanggulangan bencana masih sangat banyak, karena pada kenyataannya yang dihadapi bangsa Indonesia tidak hanya ancaman bencana alam, tetapi juga ancaman bencana ketergantungan terhadap teknologi asing. Melalui berbagai penemuan dan inovasi dari Prof. Fathani, diharapkan mampu memperkuat ketangguhan bangsa dalam menjaga keberlanjutan dalam upaya penanggulangan bencana. Nilai kemanfaatan hasil penemuan/inovasi teknologi ini sangat besar bagi kemanusiaan melalui peningkatan ketangguhan pemerintah-masyarakat-dunia usaha termasuk perguruan tinggi dalam menegakkan “kedaulatan teknologi nasional” di bidang kebencanaan. (Diunggah oleh: Purwoko/Sumber: Prof. Teuku Faisal Fathani)