Gempa bumi di Cianjur Jawa Barat yang terjadi pada tanggal 21 November 2022 pukul 13:21:10 WIB merusak hampir 50.000 rumah dan bangunan di 12 kecamatan di Kabupaten Cianjur. BMKG merekomendasikan pemukiman di daerah seluas 8,09 KM2 atau sekitar 1.800 rumah yang terdampak patahan Cugenang di beberapa desa di Kabupaten Cianjur untuk direlokasi. Hal ini dikarenakan area tersebut masuk dalam zona bahaya yang rentan mengalami pergeseran atau kerusakan lahan dan bangunan. Melihat begitu luasnya area yang terdampak dan besarnya kebutuhan lahan hunian relokasi, sebuah peta skala besar yang menggambarkan kondisi terkini tingkat kerusakan bangunan dan rumah sangat perlu segera disediakan.
Departemen Teknik Geodesi FT UGM dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Fakultas Teknik UGM menerjunkan tim pemetaan area terdampak gempa. Tim lapangan yang dipimpin Dosen T. Geodesi Dr. Ruli Andaru diterjunkan selama 3 hari (7 – 9 Desember 2022) di lokasi paling terdampak dengan membawa sejumlah peralatan mapping skala besar, antara lain alat GNSS tipe Geodetic dan pesawat nirawak/UAV VTOL P330 yang membawa sensor kamera berresolusi 40 Mp dan sensor portable Lidar.
Dr. Ruli Andaru menjelaskan bahwa metode pemetaan yang digunakan adalah secara ekstra terestrial yaitu dengan melakukan pemotretan udara dengan wahana UAV secara fotogrametris. Dengan kapasitas baterai 30.000 mAh, UAV yang dibawa mampu terbang selama 100 menit dengan cakupan area pemotretan adalah 1500 Hektar. Direncanakan area seluas 5000 Hektar dapat dipetakan dalam kurun waktu 2 hari lapangan. Beberapa spot area juga akan dilakukan penyiaman dengan teknologi Lidar untuk mendapatkan data permukaan topografi/surface yang lebih detail.
“Selama 2 hari di lapangan, kami menjumpai beberapa kendala teknis maupun non teknis, sehingga dari target 5000 Ha ini baru terpetakan sejumlah 1500 Ha saja”, tutur Dr. Ruli. Kendala yang dominan adalah faktor cuaca dan juga pergerakan pesawat udara (helicopter) disekitar lokasi untuk transportasi logistik, sehingga slot penerbangan UAV TRC FT UGM ini menjadi terbatas. Akan tetapi, area yang berhasil dipotret ini sudah memberikan gambaran kondisi terkini pasca gempa, dan selanjutnya akan diproses dan dibuat tampilan visualnya dalam sebuah peta foto dan peta garis. Lebih lanjut, dengan kemampuan pembentukan permukaan terain secara 3D, gambaran elevasi dan tingkat kelerengan tanah dapat diukur secara teliti. Ditambahkan oleh Dr. Ruli, bahwa hasil mapping ini nantinya juga akan diintegrasikan dengan hasil mapping institusi lain dan akan diupload di portal BNPB.
Dihubungi langsung di lokasi bencana, Kepala Desa Desa Bunikasih, H. Solehudin mengucapkan terimakasih atas sumbangsih UGM dalam kegiatan pemetaan ini. Diharapkan peta yang dihasilkan memberikan kontribusi untuk desa, utamanya untuk memberikan informasi dampak secara lebih detail dan juga untuk kegiatan relokasi hunian warga Bunikasih.
Di tempat terpisah, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama FT UGM, Dr. Ir. Ali Awaludin mengatakan bahwa tim mapping dari Departmen Teknik Geodesi ini adalah tim pertama yang dikirimkan Fakultas Teknik UGM, dan segera akan disusul oleh tim lain dari beberapa departemen di Fakultas Teknik untuk keperluan assessmen lainnya yang dibutuhkan.
Sementara itu Ketua Departemen Teknik Geodesi, Prof. Ir. Trias Aditya mengatakan bahwa tim pengabdian T.Geodesi ini dalam beberapa kejadian bencana sebelumnya senantiasa ikut berkontribusi utamanya untuk keperluan mapping diantara nya pada kejadian bencana erupsi Gn Merapi (2012-2015), Gn. Agung ( 2017-2020), longsor Banjarnegara (2014), Gempa Aceh (2016). Dalam beberapa waktu mendatang, tim ini juga akan melakukan pemetaan untuk keperluan mitigasi bencana rob di Semarang. (Tim P2M FT UGM)