Sudah menjadi mimpi saya sedari kecil untuk suatu saat nanti dapat menempuh pendidikan di luar negeri. Namun apa daya, biaya yang mahal sempat menjadi penghalang bagi saya untuk mencapai impian saya kala itu. Ditambah lagi, sebagai mahasiswa rantau, tak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa nantinya saya akan merantau lebih jauh lagi hingga belahan bumi lain saat masih mengejar gelar sarjana. Kendati demikian, saya sempat berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan menuntut ilmu sebaik-baiknya untuk dapat memperoleh beasiswa studi lanjut S2 di luar negeri, terutama di Negeri Paman Sam.
Pada pertengahan tahun 2021, saya menerima informasi mengenai beasiswa yang dapat membantu saya merasakan American Dream yang telah lama saya impikan ini. Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) namanya, sebuah program pertukaran pelajar yang dicanangkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia untuk mahasiswa S1 di seluruh penjuru Nusantara. Pada saat itu, saya menyadari bahwa terdapat ribuan mahasiswa di luar sana yang mendambakan kesempatan emas untuk dapat belajar di universitas terbaik dunia–sama halnya dengan saya. Lantas, saya pun mempersiapkan versi terbaik diri saya untuk menghadapi rangkaian seleksi IISMA tahun 2022.
Puji Tuhan, usaha saya pun membuahkan hasil yang manis. Saya, Enrique Owen, seorang mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia FT UGM, berhasil mendapatkan kesempatan emas untuk belajar di University of Pennsylvania, Amerika Serikat, selama satu semester. Saat ini, University of Pennsylvania–sebuah Ivy League dengan singkatan UPenn–menduduki peringkat ke-13 universitas terbaik dunia berdasarkan QS World University Rankings 2023. Menjadi tempat menuntut ilmu bagi individu-individu ternama seperti Elon Musk dan Donald Trump, tentunya kualitas dari perguruan tinggi ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Pada tahun 2022 yang lalu, University of Pennsylvania juga memenangkan penghargaan perguruan tinggi pelaksana IISMA dengan kualitas program internasional akademik terbaik. Sungguh, rasa bangga terus saja menyelimuti diri saya setiap kali mengingat masa-masa berkuliah di sana.
Singkat cerita, saya pertama kali menginjakkan kaki di Land of the Free (istilah untuk negara Amerika Serikat) pada tanggal 22 Agustus 2022. Kedatangan saya seolah-olah diterima dengan sambutan meriah dari New Student Orientation yang saya jalani selama satu minggu pertama. Melalui kegiatan orientasi tersebut, saya diperkenalkan dengan lingkungan sekitar kampus beserta fasilitas-fasilitas yang ditawarkan. Saya juga diberi kesempatan untuk dapat saling bersosialisasi dengan mahasiswa-mahasiswa asing yang jumlahnya mencapai ±19% dari ribuan mahasiswa baru. Selain itu, tersedia pula banyak paparan mengenai kegiatan ekstrakurikuler maupun student clubs yang bisa saya ikuti, salah satunya adalah Penncasila–asosiasi mahasiswa asal tanah air yang berkuliah di University of Pennsylvania.
Selama satu semester, ada empat mata kuliah yang saya ambil dari fakultas yang berbeda-beda. Sebagai IISMA awardee, salah satu manfaat yang saya peroleh adalah membuka cakrawala pembelajaran multidisipliner dimana saya diperbolehkan untuk mengambil mata kuliah di luar jurusan di home university. Adapun mata kuliah yang saya ambil meliputi (1) Decision Processes dan (2) Applied Data Analysis dari Wharton Business School, serta (3) Introduction to Microeconomics dan (4) Introduction to Experimental Psychology dari School of Arts & Sciences. Saya bersyukur bahwa meski tentunya setiap mata kuliah yang saya ambil mempelajari hal yang berbeda, saya masih dapat menemukan benang merah diantara ke-empatnya sehingga proses pembelajarannya menjadi lebih mudah.
Sistem pembelajaran di University of Pennsylvania amat terasa perbedaannya dengan perguruan tinggi di Indonesia. Selama berkuliah di Ivy League ini, hampir setiap minggunya pasti akan ada penugasan maupun bahan bacaan yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebelum dijelaskan lebih lanjut oleh dosen pengampu di kelas mendatang. Dengan mahasiswa yang tergolong sangat kompetitif, atmosfir kelas terasa sangat hidup karena banyaknya diskusi dan tanya jawab antara mahasiswa dengan dosen. Setiap mahasiswa tampak memiliki cara mereka tersendiri untuk menunjukkan bahwa mereka layak berada di tempat ini dan bersaing di antara yang terbaik. Hal ini tentu memberikan saya dorongan untuk terus maju dan menunjukkan bahwa orang Indonesia juga mampu bersaing di kancah internasional. Seusai kelas, para dosen juga pada umumnya menyediakan waktu bagi mahasiswa yang ingin melakukan diskusi lanjutan (office hours), baik mengenai mata kuliah yang ditawarkan di kelas maupun hal lain seputar bidang yang beliau kuasai.
Saya mempelajari banyak hal dari mahasiswa di sana, terutama cara mereka memanajemen waktu dengan sangat baik sehingga memiliki work-life balance yang ideal. Pada awalnya saya kewalahan untuk dapat mengatur waktu dengan baik karena masih memiliki tanggungan di home university. Apalagi, berada di belahan dunia lain tentu mengakibatkan adanya perbedaan waktu sekitar dua belas jam antara Amerika Serikat dengan Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, saya menjadi lebih telaten dalam segi time management. Berbicara mengenai waktu, saya dan teman-teman beberapa kali menyempatkan diri untuk menikmati keindahan negeri Paman Sam ini dengan mengunjungi beberapa negarabagian selain Philadelphia. Dibalik kegembiraan yang kami rasakan, sudah tak heran lagi bahwa biaya yang harus kami korbankan juga sangat mahal, apalagi dengan nilai tukar rupiah yang terus menurun. Dari sana saya mempelajari cara memanajemen keuangan dengan baik dan betapa bersyukurnya saya mengingat bahwa IISMA mendukung saya dalam segi finansial. Salah satu hal yang juga saya sadari selama berkuliah di Amerika Serikat adalah gaya berpakaian mahasiswa setempat yang sungguh berbeda dengan mahasiswa di Indonesia. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan pula bagi mereka untuk dress up setiap ingin memasuki kelas, tergantung musim pada saat itu.
Melalui kunjungan-kunjungan ke beberapa negarabagian di Amerika Serikat, tak jarang saya berpapasan dengan orang Indonesia. Akan tetapi, tidak banyak orang yang tahu mengenai budaya yang dimiliki oleh negara kepulauan tercinta ini. Untuk menanggulangi krisis serupa, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022, saya bersama dengan mahasiswa UPenn lain yang berasal dari Indonesia dan club Penncasila menyusun acara Penn Indonesian Cultural Fair yang bertemakan ‘A Taste of Nusantara’, dimana kami memperkenalkan dan menunjukkan rasa bangga terhadap budaya Indonesia melalui makanan, tarian, permainan, dan nyanyian tradisional. Senang sekali rasanya bisa melihat budaya Nusantara dinikmati oleh lebih dari 100 orang yang berasal dari seluruh penjuru dunia.
Tanggal 25 Desember 2022 merupakan hari terakhir saya menginjakkan kaki di Amerika Serikat. Dengan banyaknya orang yang saya temui, tempat yang saya kunjungi, dan memori yang akan terlukis abadi, tentu ada banyak sekali pelajaran berharga yang telah saya petik, sebagaimana telah saya curahkan beberapa dalam isi tulisan di atas. Selain membawa budaya Indonesia ke dunia luar, saya juga membawa pulang budaya Amerika Serikat yang telah saya pelajari ini ke Indonesia. Budaya berani mengungkapkan pendapat dan menghargai opini orang lain, budaya thinking outside the box and doing everything with grit, budaya mengatur waktu dengan baik, dan masih banyak hal positif lainnya.
Tanpa perlu berpikir panjang, tahun 2022 ini merupakan tahun terbaik dalam hidup saya, dan IISMA merupakan alasannya. Maka dari itu, terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada pihak Kemdikbud, LPDP, Kampus Merdeka, UGM dan semua yang telah mewujudkan mimpi ribuan mahasiswa melalui program IISMA ini. Impian saya untuk bisa mencicipi “American Dream” memang kini sudah tercapai, namun pastinya saya tidak akan berhenti sampai di sini saja. Kini saya memiliki the “Indonesian Dream”, untuk membawa perubahan bagi bangsa dan negara, serta menyebarkan manfaat yang telah saya peroleh selama program IISMA.