Jumat, 12 Juli 2024, di Taman SGLC, Klub Baca Buku FT UGM mengadakan sesi diskusi kedua. Buku yang dibahas kali ini adalah novel “Emma,” yang ditulis oleh Jane Austen, pertama kali diterbitkan pada tahun 1815. Novel ini diterbitkan ulang pada tahun 2018 oleh CreateSpace. Rina, tenaga kependidikan FT UGM, berbagi wawasan membaca karya klasik ini.
“Emma” berlatar Inggris awal abad ke-19. Saat itu, strata sosial menentukan interaksi dan hubungan manusia. Tokoh utama, Emma Woodhouse, awalnya hidup dalam konstruksi sosial yang kaku ini. Orang sering dijodohkan dengan pasangan yang setara strata sosialnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Emma mulai menantang norma-norma sosial ini, mengadvokasi gagasan bahwa nilai manusia tidak ditentukan oleh kelas sosial.
Rina menyoroti tema-tema novel ini masih relevan hingga hari ini, terutama dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tentang kesetaraan gender. “Emma mengajarkan kita bahwa semua manusia setara, meskipun strata sosialnya berbeda. Ini adalah pelajaran penting untuk zaman kita, saat kita berusaha untuk masyarakat yang lebih inklusif dan adil,” katanya.
Diskusi buku ini melebar tentang relasi dan bagaimana usaha perempuan dalam melawan kultur patriarki yang secara historis telah meminggirkan perempuan. Dengan memilih jalannya sendiri dan mempertanyakan ekspektasi sosial, Emma menjadi salah satu tanda pemberdayaan perempuan dan perlawanan terhadap diskriminasi berbasis gender.
Novel ini juga menyentuh pentingnya karakter di atas status sosial. Hubungan sejati didasarkan pada saling menghormati dan memahami, bukan pada status sosial, adalah pesan kuat novel ini untuk generasi sekarang.
Tema yang disajikan “Emma” sejalan dengan SDGs, khususnya Tujuan 5 (Kesetaraan Gender) dan Tujuan 10 (Mengurangi Ketimpangan). Dengan mempromosikan gagasan bahwa semua individu layak mendapatkan penghormatan dan kesempatan yang sama, novel ini berkontribusi pada percakapan yang lebih luas tentang menciptakan dunia yang lebih adil dan setara.
Rina mengakhiri sesi dengan menekankan pentingnya literatur dalam membentuk pemahaman kita tentang isu-isu sosial. “Buku seperti ‘Emma’ tidak hanya menghibur kita tetapi juga menantang kita untuk berpikir kritis tentang dunia tempat kita tinggal. Mereka menginspirasi kita untuk berjuang demi masa depan yang lebih baik,” katanya. (UGM AI: Purwoko/Review: Rina)