Scopus merekam perkembangan riset dan publikasi terkait printer 3 dimensi (printer 3D). Topik printer 3D sudah dibicarakan sejak 1972 melalui sebuah dokumen berjudul “3d printing of the Bolshoǐ Medical Encyclopedia”, ditulis oleh Lidov, I.P. dan Stochik, A.M. Seiring berjalannya waktu, riset printer 3D semakin banyak. Sejak 2010 sampai 2018, selalui mengalami peningkatan. Scopus mengindeks 1376 publikasi terkait printer 3D yang terbit tahun 2018, padahal pada tahun 2010 baru muncul 17 dokumen.[1]
Riset di Fakultas Teknik UGM juga merespon perkembangan ini. Dr.Eng. Herianto, S.T., M.Eng., dosen Departemen Teknik Mesin dan Industri, mendalami riset printer 3D sejak 2014, diawali dengan kolaborasi bersama mahasiswa dan alumni, serta didukung Fakultas Teknik dalam bentuk pendanaan. Pilihannya melakukan riset terkait printer 3d karena masih terkait dengan riset sebelumnya tentang mesin CNC. “Saat itu printer 3D juga sedang mulai populer dan nyambung industri 4.0 dan merupakan salah satu teknologi kunci industri 4.0,” akunya.
[huge_it_gallery id=”14″]
Riset yang dilakukan Dr. Herianto sudah sampai pada tahap produksi. Fokus pada bidang pendidikan, produk printer 3D karya Dr. Heri sudah banyak dipakai oleh beberapa universitas, sekolah vokasi, akademi, politeknik, SMK, juga UMKM serta individu. “Selain pendidikan, industri kecil dan menengah juga menjadi sasaran kami agar industri Indonesia bisa berkembang,” tambahnya. Sebagai dosen, Dr. Herianto ingin memberikan pengetahuan printer 3D ke sebanyak mungkin orang Indonesia.
Beberapa tipe yang dikembangkan diantaranya jenis kartesian, delta dan scara. “Ketiganya berbeda pada konstrusi mekanik dan kinematikanya. Tipe kartesian sendiri terdiri dari beberapa turunan seperti corexy, dan h-bot. Kami coba kembangkan apapun yang dibutuhkan,” tegas Dr. Herianto.
Fakultas Teknik sangat menghargai riset dan pengembangan produk printer 3D ini. Melalui FT UGM kerjasama dilakukan dengan direktorat pembinaan SMK, dan mengadakan pelatihan printer 3d bagi guru dari berbagai SMK. Dr. Herianto sangat berterimakasih atas dukungan yang diberikan fakultas, dan berharap ke depan fakultas juga memfasilitasi kerjasama dengan Kemdikbud, Kemristek, Kementrian Perindustrian dan lainnya.
Produk printer 3D yang dikembangkan Dr. Herianto merupakan produk hasil riset anak bangsa, yang tentunya harus didukung oleh bangsa sendiri. “Dengan printer 3D, kita bisa membuat konsep sampai jadi barang/produk, membuat ide jadi kenyataan. Dari 3d print kita bangun teknologi anak bangsa untuk Indonesia menuju pentas dunia,” demikian pungkasnya. (Humas FT UGM: Purwoko/Foto: Dr. Herianto)
[1]. Data dari Scopus.com tanggal 18 Februari 2019