Bagi saya sebagai dosen, kuliah perdana itu selalu menegangkan. Kali ini lebih serius lagi. Saya diminta mengajar mata kuliah baru yang belum pernah saya ajar. Begitulah di dunia akademik. Harus diterima.
Mata kuliahnya adalah Pengantar Ilmu Kebumian (PIK). Sejak menerima tugas itu, saya mulai belajar. Diskusi dengan senior sekaligus partner mengajar adalah salah satunya. Kami pun merevisi silabus bareng-bareng. Pakai zoom saja biar cepat.
Yang jadi ‘beban’ adalah ini kuliah perdana. Saya harus tampil prima. Kenapa?
Ini adalah kelas perdana bagi mahasiswa baru angkatan 2024. Saya ingin mereka mendapat kesan yang baik. Yang jelas, pertemuan perdana ini bisa jadi sangat penting bagi mereka. Saya tidak ingin mereka benci pada ilmu gara-gara saya teledor menyiapkan diri.
“Saya akan mengajar kelas PIK untuk tiga pertemuan pertama. Nanti sore kita akan mulai kelas perdana sesuai jadwal pukul 15:30 – 17:10 di Ruang 11B2 Gedung SGLC. Mari kita belajar dengan gembira. Matur nuwun,” begitu saya sampaikan ke mahasiswa.
***
Saya mencoba membangun analogi, membuat perumpamaan, dan mencari contoh-contoh nyata. Saya ingin menggunakan prinsip “starting from the end”. Mulai dari akhir. Mereka harus tahu ujungnya dulu, baru saya ajak mereka untuk memetakan jalan menuju destinasi tersebut. Ini bisa dilakukan dengan lebih mudah karena saya pun baru di bidang ini. Inilah kelebihan dosen baru. Lebih mudah menempatkan diri menjadi orang awam.
“Saya punya bayangan/imajinasi, ada satu materi di kuliah ini yang akan membuat mahasiswa memahami secara jelas peta kurikulum geodesi-geomatika. Kita mulai dari akhir (starting from the end). Tunjukkan satu aplikasi/kasus yang mudah dijumpai oleh mahasiswa, lalu tarik ke belakang dan kita preteli kasus/aplikasi itu sehingga nampak komponen geodesi- geomatika yang menyusunnya. Selanjutnya, berbagai komponen itu diterjemahkan ke dalam berbagai mata kuliah di prodi kita”. Begitu salah satu kalimat diskusi persiapan saya.
Saya habiskan waktu tidak kurang dari 10 jam untuk mengembangkan presentasi yang hanya 35 slides. Perlu perenungan yang baik. Perlu usaha yang maksimal. Saya suka visual, maka saya habiskan waktu untuk mengembangkan animasi. Baik itu animasi baru ataupun revisi stok animasi lama yang relevan.
Sebagai gongnya, saya ingin beri ‘kejutan’ buat Mahasiswa saya. Maka saya minta dua orang alumni hadir di dua kelas berbeda. Saya memang mengajar dua kelas (A dan B) untuk mata kuliah ini. Untuk kelas hari Kamis, saya minta seorang alumni yang sedang S2 di Australia untuk hadir virtual. Akram namanya, dia sedang S2 di UQ Brisbane dengan LPDP. Untuk kelas Jumat pagi, saya minta Denni, alumni yang kini bekerja di perusahaan survey dan pemetaan. Saat ini dia ada di Norwegia dalam perjalanan ke Amerika Serikat.
Seperti biasa, perintah selalu mendadak. Kepada Akram dan Denni, saya kirim pesan beberapa jam sebelum acara. Mereka siap sedia. Saya beruntung sebagai dosen yang memiliki anak-anak murid seperti mereka. Denni bahkan hadir di kelas lewat zoom jam tiga pagi di Eropa saja. Tentu ini adalah bentuk perjuangan dan dedikasi tersendiri. Meski hanya sebentar, kehadiran mereka bergitu berarti. Berbagai tepuk tangan mereka dapatkan. Wajah-wajah berbinar di kelas menjadi penghiburan tersendiri bagi saya. Saya bisa merasakan energi positif yang tercipta di kelas.
***
Selain menghadirkan alumni, saya sempatkan bercerita pengalaman pribadi. Sekali lagi, saya memulai dari akhir. Saya beri peringatan di awal “perkenalan saya ini akan dipenuhi kesombongan” dan mereka sambut dengan tertawa. Lebih baik saya akui saya sombong daripada saya klaim diri humble tetapi dengan mudah dituduh sombong.
Bagi anak muda belasan tahun yang baru menapaki dunia pendidikan, yang diperlukan adalah contoh nyata. Mereka perlu ‘dipameri’ bahwa mereka bisa mencapai sesuatu yang baik di masa depan jika meraka belajar dan bekerja dengan baik.
Materi Pengantar Ilmu Kemudian kemudian menyusul sebagai menu penutup. Harapan saya, mereka sudah memiliki semangat baru ketika mulai belajar. Mulai jelas arahnya akan ke mana di masa depan karena sudah disuguhi sajian menjanjikan oleh kakak-kakak mereka. Dengan begitu, semoga kelas perdana ini menjadi fondasi yang kokoh bagi mereka untuk melompat lalu terbang tinggi.
Semoga!
(I Made Andi Arsana, dalam postingan Instagram diunggah oleh Purwoko)