“Menuju Bangunan Zero Energy di Indonesia” merupakan buku yang diulas dalam acara Bedah Buku Perpustakaan PUPR pada 16 November 2023 di Bandung. Buku yang ditulis oleh Sentagi, dkk dalam kelompok riset Integrated Smart and Green Building (InSGreeB) ini membahas tentang kajian penerapan konsep Zero Energy Building (ZEB) dan nearlyZEB (nZEB) dibeberapa negara menuju target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060. Sudah menjadi pengetahuan umum di masyarakat jika kondisi lingkungan saat ini semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Hal tersebut menuntut semua aspek kehidupan manusia untuk kembali selaras dengan alam. Oleh karena itu, bangunan sebagai salah satu aspek penting juga harus menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan yang mendukung realisasi program Low Carbon Development Indonesia (LCDI).
Penerapan konsep ZEB harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik suatu daerah. Kondisi iklim tropis, karakteristik bangunan lokal, keterbatasan sumber daya, ketersediaan teknologi, serta kebijakan yang berlaku di Indonesia menjadi dasar penyusunan metode pencapaian nZEB melalui strategi desain pasif, aktif, dan manajemen energi bangunan. Penerapan dari strategi yang sudah disusun diharapkan dapat mencapai semua poin SDGs terutama pada poin ke-7 (energi bersih dan terjangkau) dan ke-11 (kota dan komunitas yang berkelanjutan) dengan pondasi utama pada bidang lingkungan, ekonomi, budaya, dan sosial. Dengan hal tersebut harapannya pembangunan rendah karbon (PRK) yang ilakukan akan membawa manfaat sosial, menunjukkan dampak pertumbuhan yang positif pada berbagai aspek, dan menurunnya polusi karbon.
Bangunan yang dibangun dengan konsep bangunan hijau diharapkan dapat berkinerja tinggi. Kriteria yang dimaksud untuk mencapai bangunan berkinerja tinggi, yaitu berkelanjutan, keamanan, fungsional, estetika, bersejarah, produktif, dapat diakses, dan efektivitas biaya.
Bangunan berkonsep berkelanjutan pembangunan harus memiliki kualitas lingkungan dalam ruangan yang baik serta memenuhi kriteria keselamatan, kenyamanan, dan kesehatan dari penghuninya. Kondisi lingkungan luar, bentuk bangunan, penghuni dan aktivitasnya, serta peralatan yang ada pada bangunan akan menentukan kualitas ruang huni yang meliputi kenyamanan termal, kenyamanan visual, kenyamanan akustik, dan kualitas udara. Selain itu, sesuai dengan tujuan konsep ZEB maka penggunaan energi harus diefisienkan dengan reduksi beban, penggunaan energi alami, efisiensi fasilitas dan sistem, adopsi energi terbarukan, dan manajemen energi. Bangunan berkelanjutan juga diharapkan dapat memproduksi energi sendiri dengan memanfaatkan energi surya, energi angin, energi biogas, dan energi panas bumi.
Buku ini juga membahas tentang kemampuan beradaptasi bangunan berkelanjutan. Jangka pendek, Strategi yang dapat dilakukan dalam jangka pendek, yaitu integrasi pengaturan waktu untuk penggunaan gedung yang optimal, beradaptasi untuk penyesuaian jumlah pengguna dalam suatu ruangan, dan fleksibilitas ruang internal. Pada jangka menengah distrategikan untuk perubahan pengguna secara bergantian serta pemantauan dan pediksi rutinitas harian/mingguan. Sedangkan, pada jangka panjang herus dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim dan perubahan fungsi ruang.
Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan pembangunan berkelanjutan yang dapat diakses bebas oleh semua masyarakat. (Humas FT: nada/sumber: Buku Menuju Bangunan Zero Energy di Indonesia/slide presentasi Dr. Faridah dkk.)